ChanelMuslim.com- Merawat cinta dimulai dari hal kecil. Sahabat Muslim, hal besar selalu dimulai dari yang kecil. Begitu pun dengan cinta suami istri. Jangan pernah nihilkan hal kecil meskipun cuma sesekali bilang ‘sayang’.
Kelima, sentuh saat galau.
Paradigma suami istri itu keseimbangan. Inilah yang membuat hidup menjadi tenang. Tak ada gelisah dan galau.
Tapi, dinamika hidup itu pasti akan membentur keseimbangan. Bisa problem keuangan. Dinamika dunia kerja. Interaksi bertetangga. Dalam cakupan sederhana, bisa juga hal-hal yang menyebalkan dari mengurus anak-anak.
Pendek kata, gelisah dan galau bisa terjadi pada suami dan istri. Dan, sebabnya bisa datang dari mana pun di sekeliling keduanya.
Baca Juga : Wanita yang Tulus Mencintaimu
Saat itu, hal paling sederhana yang dibutuhkan pasangan adalah ‘keseimbangan’ baru. Tidak perlu serius memikirkan caranya. Cukup berikan sentuhan, energi keseimbangan seperti mengalir begitu saja.
Sentuhan yang seperti apa? Bisa dengan memegang tangan pasangan. Belaian pada rambut untuk istri. Sedikit pelukan. Bahkan, bisa sekadar duduk berhimpit mendampingi pasangan.
Begitu sederhana dan mudah. Tapi, pengaruhnya terasa luar biasa.
Catatan, jangan berikan nasihat atau arahan saat situasi galau dan cemas itu sedang berlangsung. Apalagi, galau dan cemasnya sudah mengarah marah dan kecewa. Karena hal itu akan memberikan kesan bahwa hal itu terjadi karena kesalahan atau kebodohannya.
Yang dibutuhkan bukan arahan, karena secara teori hal itu sudah dirasakan cukup. Yang dibutuhkan hanya energi keseimbangan baru. Yaitu, berupa dukungan keberpihakan. Nah, sentuhan adalah cara yang paling akurat.
Keenam, jangan anggap sepele kontak-kontakan.
Yang dimaksud dengan kontak-kontakan adalah berkomunikasi via ponsel. Tidak perlu melalui bicara, apalagi video call. Cukup dengan sarana chat atau SMS.
Hal ini dirasa perlu untuk pasangan yang kerap terpisah setiap hari. Pagi pisah, sore atau malam bertemu lagi. Begitu pun keesokannya.
Jangan anggap hal ini sebagai gangguan. Atau, sesuatu yang tidak normal dari pasangan. Cara sederhana ini sekadar menetralisir suasana untuk tetap berada pada sinyal yang seimbang.
Ketujuh, jadilah orang pertama yang dilihat kala berjumpa, dan orang terakhir saat berpisah.
Pisah dan jumpa pada semua pasangan dalam keseharian merupakan hal lumrah. Biasa saja. Karena berangkat kerja. Karena kegiatan organisasi. Atau, hal-hal lain yang “memaksa” seorang suami atau istri meninggalkan rumah dan keluarga.
Saat itu, jangan biarkan sosok lain menjadi orang pertama saat berjumpa. Setidaknya, sosok kita berada terlihat di situ.
Baca Juga : Mencintai-Mu Diam-Diam
Contoh, ketika suami pulang, mungkin saja asisten rumah tangga yang tekun membukakan pintu gerbang. Karena hal itu memang sudah menjadi tugasnya.
Tapi, jangan biarkan sosok asisten itu saja yang menjadi dominan. Sang istri pun ada dan terlihat jelas di sekitar situ. Dan senyuman menjadi hadiah perjumpaan yang paling berharga.
Begitu pun saat akan meninggalkan rumah. Suami atau istri adalah sosok terakhir yang dilihat. Karena ia menjadi orang terakhir yang melepas kepergian itu.
Urusannya seolah begitu sederhana. Tapi, kesannya akan menjadi sangat luar biasa. Hal ini karena siapa pun yang pergi meninggalkan rumah bagaikan anak ayam yang kehilangan induk. Dan, sosok pertama yang dilihat saat kembali ke ‘induk’ keluarga adalah yang paling berkesan. (Mh)