ChanelMuslim.com- Dalam sebuah forum tanya jawab antara Ustaz Abdul Somad (UAS) dengan pebisnis warga Indonesia yang tinggal di berbagai negara, seorang ibu mengungkapkan galaunya. Menurutnya, kalau saya tinggal di Indonesia, karir saya kurang bagus. Tapi kalau tinggal di Eropa, saya khawatir pendidikan agama anak saya.
Ustaz Abdul Somad (UAS) menjelaskan bagaimana solusi galau seorang ibu yang bingung antara tinggal di Indonesia atau di Eropa. Ibu itu mengungkapkan bahwa ia asli Pematang Siantar yang saat ini tinggal di Amsterdam Belanda. Kalau ia tinggal di Indonesia, karir bisnisnya akan suram. Sementara, kalau ia tinggal di Belanda, ia khawatir pendidikan agama anaknya.
Menurut UAS, agama Islam mempersilakan kita untuk tinggal di negeri mana pun. Meskipun umat Islamnya masih minoritas. Dengan catatan, tetap menjalankan perintah agama seperti menutup aurat, dan sebagainya.
“Tidak ada lagi negeri Madinah yang beriman dan negeri Mekah yang harbi (negeri musuh). Sehingga umat Islam yang tinggal di Mekah harus hijrah ke Madinah,” ujar UAS dalam sebuah forum taklim yang dilakukan pada Ahad (3/1) lalu.
Semua negeri, masih menurut UAS, boleh ditinggali oleh umat Islam. Meski pun, penduduk muslimnya minoritas seperti di negara-negara Eropa. Dengan catatan, tetap menjalankan perintah agama seperti menutup aurat untuk muslimah.
Banyak warga negeri-negeri muslim menjadi dominan di negara yang dikunjunginya. Seperti Jerman yang dipenuhi warga dari Turki. Atau, Inggris yang didominasi warga muslim dari India, Pakistan, dan Banglades.
“Bahkan wali kota London pun kini dipegang seorang muslim dari etnis muslim tiga negara tersebut,” jelas UAS.
Beberapa negara muslim seperti Maroko bukan sekadar mempersilakan warganya tinggal di negeri non muslim. Para ulama di negeri itu mengutus para ustaz untuk dikirim ke negeri-negeri di mana warga muslim tinggal untuk mengajarkan agama Islam.
Bagaimana dengan pendidikan agama untuk anak-anak? Menjawab ini, UAS menyampaikan tips sederhana.
Menurutnya, hal itu bisa diatasi dengan mengirim anak-anak kita ke pesantren tahfiz yang ada di pulau Jawa misalnya. Dengan begitu, kita bisa tetap berkarir di negeri non muslim. Tapi, anak-anak tetap bisa memperoleh pendidikan agama yang bagus.
“Mungkin kunjungan dua kali setahun, karena kemampuan rezeki kita, cukup untuk membuat anak-anak yang tinggal di pesantren terhibur,” pungkas UAS. (Mh)