ChanelMuslim.com- Kalau ada sopir bus yang ingin tercebur jurang dua kali di tempat yang sama, sopir itu bernama Emmanuel Macron. Presiden Prancis termuda ini memang dikenal rakyatnya sebagai pemimpin arogan.
Dua pekan belakangan ini hubungan Prancis dengan umat Islam dunia renggang. Pasalnya, sang presiden bersikukuh bahwa negaranya bebas mengekspresikan apa pun. Termasuk, mempublikasikan ulang karikatur sosok bersorban putih yang melecehkan, yang mereka sebut sebagai Nabi Muhammad.
“We will not give in, ever. We respect all differences in spirit of peace. We do not eccept hate speech and defend reasonable debate. We will always be on the side of human dignity and universal values (Kami tidak akan pernah menyerah. Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat perdamaian. Kami tidak menerima perkataan yang mendorong kebencian dan membela perdebatan yang masuk akal. Kami akan selalu berpihak pada martabat manusia dan nilai-nilai universal),” tegasnya menanggapi protes dunia Islam terhadap publikasi ulang karikatur tersebut.
Padahal, karikatur bualan Charlie Hebdo itu sudah menelan banyak korban pada tahun 2015 lalu. Sebanyak 12 orang tewas dalam serangan bersenjata yang dilakukan dua anak muda Prancis keturunan Aljazair. Hal itu dilakukan karena Charlie Hebdo menunjukkan arogansinya bahwa mereka bebas mempublikasikan karikatur apa pun. Termasuk, karikatur yang menghina Nabi Muhammad.
Beberapa bulan lalu, kasus karikatur diungkit lagi. Anehnya, Charlie Hebdo bukannya kapok atau mengambil pelajaran dari arogansi atas nama kebebasan itu, justru akan mempublikasikan ulang. Dan parahnya, rencana itu didukung penuh oleh sang presiden kelahiran 21 Desember 1977 ini.
Sebuah insiden tragis terjadi menyusul rencana itu. Seorang guru sejarah di Prancis bernama Samuel Patty dengan arogannya memperlihatkan karikatur tersebut di depan kelas. Karena ulahnya, seorang pemuda kesal dan akhirnya membunuh si Paty.
Insiden ini lagi-lagi sudah cukup menjadi pelajaran untuk mereka yang akalnya sehat. Tapi sayang, justru hal ini menjadi obor buat sang presiden yang baru 3 tahun menjabat ini untuk bersikeras bahwa pihaknya benar, dan pihak umat Islamlah yang ia sebut sebagai teroris.
Pernyataan-pernyataan berikutnya dari Macron adalah ujaran kebencian terhadap umat Islam di mana pun. Bahkan ia menyebut bahwa Islam memunculkan keterbelakangan umatnya di seluruh dunia. Pada Desember nanti, ia akan memberlakukan UU yang pernah hidup di tahun 1900-an di Prancis. UU itu intinya memisahkan agama dengan negara.
Macron pada posisi itu, bukan sekadar menghina kemuliaan Islam dan umatnya, tapi juga menunjukkan arogansi dan tantangan terhadap umat Islam.
Soal arogansi ini, publik di Prancis pernah melakukan survei. Hal ini berkaitan perlawanan rakyat Prancis yang menolak kenaikan pajak BBM yang mendorong kenaikan biaya hidup. Hasilnya, 72 persen rakyat Prancis mengakui bahwa Macron memang arogan. Walaupun hampir tiap hari rakyatnya yang disebut sebagai rompi kuning melakukan demo, tetap saja arogansi itu tak kunjung surut.
Pernyataan dan sikap umat Islam dunia sudah sebegitu jelasnya. Mereka mengecam keras arogansi Macron tersebut. Bahkan, sejumlah negara Islam sudah memboikot produk asal Prancis. Di antara mereka ada Arab Saudi, Qatar, Quwait, Yordania, Aljazair, Turki, Indonesia.
Belakangan, Prancis mengeluarkan semacam peringatan untuk warganya yang tinggal di negara-negara muslim. Mereka diminta menjauhi keramaian, aksi unjuk rasa, dan kerumunan tempat-tempat wisata di negeri-negeri muslim. Hal ini sebagai antisipasi agar tidak menjadi korban kemarahan umat Islam.
Entah apa yang ada di pikiran Macron sehingga kukuh dengan arogansinya. Tidak heran jika publik menyebutnya sebagai Emmanuel ‘Mercon’, sebagai plesetan karena ulahnya yang bisa memunculkan ledakan besar antara dunia Islam dengan Prancis. (Mh)