ChanelMuslim.com – Apakah Cinta Dibolehkan Tumbuh Sebelum Menikah?
Apakah kamu masih melajang? Apakah kamu masih bertanya-tanya adakah pernikahan yang bahagia? Apakah cinta merupakan unsur penting sebelum menikah?
Kita sering diberi tahu oleh keluarga dan teman-teman Muslim lainnya yang sudah menikah bahwa cinta tidak terlalu penting sebelum menikah dan bagaimana cinta tumbuh seiring waktu saat pernikahan sudah berjalan.
Bersamaan dengan nasihat itu, kita biasanya diminta untuk mencari kecocokan dalam diri pasangan, bukan cinta. Reaksi pertama kita biasanya terheran-heran dan berseru, “serius?”
Semakin bertambah usia kita akan semakin bijaksana kita. Kita melalui beragam pengalaman dan pengetahuan. Kita menyadari bahwa ada benarnya apa yang telah diberitahukan kepada kita itu, cinta tumbuh setelah menikah.
Baca Juga: Cintailah Seperlunya dan Bencilah Seperlunya
Apakah Cinta Dibolehkan Tumbuh Sebelum Menikah?
Kita mungkin pernah mendengar cerita tentang love bird yang jatuh cinta dan kemudian menikah namun entah mengapa pernikahan mereka perlahan berubah menjadi medan perang yang berakhir dengan perceraian. Kita bertanya pada diri sendiri, apa yang terjadi? Mengapa kisah cinta yang begitu indah berakhir dengan sangat menyedihkan?
Jawaban dari banyak cerita ini sederhana: Mereka tidak memiliki kecocokan. Benarkah kecocokan adalah bahan nomor satu setelah dien (iman) untuk pernikahan yang sehat dan sukses? Tapi bagaimana dengan cinta?
Apakah ini berarti kita harus mempertimbangkan untuk hidup bersama dengan seseorang yang benar-benar kita inginkan, membuat kita tertarik, dan cocok dengan kita bahkan saat cinta belum ada?
Apakah Cinta Penting Sebelum Menikah?
Cinta dan pernikahan benar-benar berbeda, tetapi ketika digabungkan, keduanya menciptakan pernikahan yang langgeng seumur hidup yang dipenuhi dengan kebahagiaan abadi di dunia (kehidupan) ini. Islam menganjurkan cinta romantis sebelum menikah karena banyak alasan sah yang harus kita pertimbangkan.
Cinta romantis sebelum menikah berisiko tinggi melakukan dosa. Tidak hanya itu, hal itu dapat mengaburkan pikiran kita dengan emosi yang kuat dan intens yang kemungkinan besar akan mendorong kita untuk membuat banyak keputusan irasional dan membutakan kita dari melihat kualitas dan kepribadian calon pasangan yang sebenarnya dan kecocokan kepribadiannya dengan kita.
Proses memilih pasangan masa depan kita membutuhkan pikiran dan hati untuk bekerja sama secara harmonis. Itu membutuhkan logika untuk menggerakkan emosi kita untuk memastikan kococokannya, bukan sebaliknya. Logika tanpa emosi adalah robot, dan emosi tanpa logika adalah kegilaan!
Pelajaran yang bisa dipetik dari pasangan suami istri yang lebih tua, lebih bijak, dan lebih berpengalaman adalah bahwa cinta sejati datang setelah menjalani dan berbagi hidup dengan pasangan kita.
Jatuh cinta sebelum menikah bukanlah dosa dalam Islam selama kita mematuhi pedoman Islam. Dan jika kita jatuh cinta sebelum menikah, itu bagus, belum terlambat untuk mengambil tindakan yang benar.
Seperti yang dikatakan Nabi Muhammad (SAW) tercinta:
Saya belum pernah melihat solusi untuk dua orang yang saling jatuh cinta, selain nikah (HR. Ibnu Majah 1847, Mushannaf Ibn Abi Syaibah 15915 dan dishahihkan Al-Albani).
Bila kita sudah menemukan seseorang yang cocok dan kita mencintainya, jalan yang terbaik adalah menikahinya. Ini adalah jalan yang diajarkan oleh Islam. Memilih menunda-nunda pernikahan adalah hal yang sangat tidak bijaksana. Terlebih di tengah tantangan zaman yang semakin menggila, membentengi diri dengan pernikahan adalah jalan keselamatan yang menuntun kita pada tujuan yang jelas.
Seorang pria menikah dan mengucapkan kalimat ini kepada para tamu, “Kita semua ada di sini hari ini, bukan karena kesempurnaan kita, tetapi karena ketidaksempurnaan kita, dan kita berada di sini karena komitmen kita untuk tidak menyerah pada tantangan yang kita hadapi tetapi untuk mengerjakan berbagai hal sampai menjadi lebih baik.” [My]