ChanelMuslim.com – Kementerian Kesehatan Yordania mengumumkan rencana untuk melarang semua bentuk kegiatan merokok di tempat umum tertutup setelah pandemi coronavirus.
"Untuk melindungi kesehatan dan keselamatan warga, terutama mengingat pandemi COVID-19 dan akibatnya, merokok semua bentuk (rokok, rokok elektronik, dan shisha) dilarang di ruang publik yang tertutup", lapor Agence France Presse, mengutip sebuah pernyataan dari kementerian kesehatan Yordania.
Langkah ini dilakukan setelah The Guardian menerbitkan sebuah laporan minggu lalu dengan angka-angka yang menunjukkan bahwa Yordania telah melampaui Indonesia untuk tingkat merokok tertinggi di dunia.
Laporan tersebut menyatakan bahwa lebih dari 80 persen pria Yordania menggunakan produk nikotin, atau rokok, termasuk "tanpa asap" atau e-rokok, mengutip sebuah studi Kementerian Kesehatan Yordania tahun 2019 bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Di antara mereka yang merokok setiap hari, 90,8 persen merokok di pabrik dan mengonsumsi rata-rata 23 batang sehari, lapor surat kabar Inggris tersebut, mengutip para pakar kesehatan yang mengklaim alasan tingginya adalah pengaruh produsen dan perusahaan tembakau terhadap peraturan di Yordania.
Dalam pengumuman itu, kementerian kesehatan mengatakan salah satu alasan larangan itu adalah tingginya prevalensi gejala coronavirus yang kuat pada perokok. AFP mengutip pernyataan yang mengatakan, "perokok dan perokok pasif lebih rentan terinfeksi oleh COVID-19, dengan gejala yang kuat".
Hingga saat ini, Yordania telah mendaftarkan 1.133 kasus virus korona yang dikonfirmasi, di antaranya sembilan kematian.
Larangan awal untuk merokok di ruang publik tertutup diperkenalkan pada tahun 2008, namun pengumuman baru-baru ini, memperluas larangan untuk memasukkan rokok elektronik dan pipa shisha.
Larangan itu, bagaimanapun, hanya mencakup merokok di ruang publik "tertutup sepenuhnya", menimbulkan pertanyaan di mana dan bagaimana hukum akan ditegakkan.
Seorang karyawan kedai kopi di Yordania dikutip oleh AFP mengatakan aturan itu akan "berdampak negatif pada kami".
"Kafe itu ruang tertutup dan kebanyakan klien tidak hanya datang untuk makan atau minum teh dan kopi, kebanyakan asap arghileh ."
Namun, pemilik kafetaria yang menjual rokok tidak terlalu khawatir, dengan menyatakan, "seorang perokok adalah perokok di mana pun mereka berada, tidak ada hukum yang dapat menghentikan mereka … Saya tidak berpikir ini akan mempengaruhi penjualan tembakau".[ah/memo]