BAGAIMANA menghadapi orang yang menyakiti perasaan kita? Ada sebuah pertanyaan yang diajukan kepada Ustaz Farid Nu’man Hasan.
Afwan, Ustaz, bagaimana kita harus bersikap untuk menghadapi seseorang yang secara tidak langsung dia menyakiti hati dan perasaan orang di sekitarnya.
Tapi dia tidak pernah merasa apabila dia berkata dan berbuat itu menyakiti saudara. Apakah akan kita tabayun sendiri atau menyerahkan kepada seseorang lebih berkafaah dengan urusan ini?
Baca Juga: Perasaan Susah Obatnya Adalah Istighfar
Menghadapi Orang yang Menyakiti Perasaan Kita
Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ba’d:
Menghadapi orang yang menyakiti kita, ada beberapa cara:
Reaksikan dengan sikap, seperti mendiamkannya dalam rangka memberikan pelajaran. Ini tidak dilarang dan bukan termasuk larangan “mendiamkan saudara melebihi tiga hari.”
Rasulullah pernah mendiamkan tiga orang sahabatnya selama 50 hari karena mereka meninggalkan perang Tabuk tanpa alasan.
Orang-orang bijak mengatakan: “Orang biasa menyikapi hal buruk dengan perkataan dan orang ‘alim menyikapi yang tidak disukai dengan sikapnya.”
Jika cara itu tidak membuatnya berubah, maka coba menasihatinya dengan baik. Allah berfirman:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman. (QS. Adz Dzariyat: 55)
Jika ini juga tidak bisa, maka minta bantuan kepada orang lain yang mungkin bisa dia dengar nasihatnya. Biasanya orang yang dihormatinya.
Sebagaimana yang Allah perintahkan kepada suami istri yang sedang berselisih, dalam ayat berikut:
وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَماً مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَماً مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلاحاً يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيماً خَبِيراً
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam (juru damai) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An Nisa: 35)
Jika ini masih belum mempan, maka serahkan kepada Allah, yang penting kita sudah melakukan upaya-upaya ishlah (perbaikan).
Allah berfirman:
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ (21) لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ
Berilah peringatakan, tugasmu hanyalah memberi peringatan. Kamu tidaklah memiliki kekuasaan kepada mereka untuk memaksa. (QS. Al Ghasyiah: 21-22)
Terakhir doakan dia, karena doa orang teraniaya tidak ada hijab (penghalang). Nabi bersabda:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
Dan takutlah kalian terhadap doanya orang teraniaya, sebab tidak hijab (penghalang) antara dirinya dengan Allah. (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Demikian. Wallahu A’lam wa Ilahil Musytaka.[ind/Cms]