ChanelMuslim.com – Kepompong Corona
Tak seorang pun dari kita yang mengira akan mengalami masa seperti saat ini. Masa di mana hampir semua orang berjam-jam, berhari-hari, bahkan berpekan-pekan, tetap tinggal di rumah. Inilah masa di mana kita melalui kehidupan seperti fase kepompong dalam hidup kupu-kupu.
Berawal dari telur yang menempel di daun, ulat kupu-kupu menetas. Selama kurang lebih 15 hari, tugas utama ulat hanya satu: makan. Tidak kurang dari 20 kali 30 cm luas daun yang ia habiskan selama menjadi ulat.
Baca Juga: Kupu-kupu Berdayakan dan Mengubah Kehidupan Para Muslimah di Kenya
Kepompong Corona
Selama hidup sebagai ulat atau kurang lebih seperempat masa hidup keseluruhan makhluk ini hingga menjadi kupu-kupu, tidak kurang dari empat kali berganti kulit. Makan dan berganti kulit, makan dan berganti kulit, begitulah seterusnya.
Saat waktunya tiba, ulat bergelantung terbalik di ranting pohon. Ia seperti membeku tanpa gerak sedikit pun. Ia tak peduli dengan sekitarnya. Kulit tubuhnya perlahan berubah seperti mengeras dan membentuk kantung berbentuk elips dengan posisi masih menempel di ranting.
Ulat telah menjadi kepompong. Di bagian dalam kepompong, tubuh ulat meluluh. Perubahan demi perubahan terjadi dalam ruang kedap itu. Tubuh sifat ulat tidak lagi seperti sebelumnya. Tidak menjijikkan, tidak lagi rakus dengan makanan, dan tidak lagi acuh dengan lingkungan.
Sayap terbentuk. Corak dan warna tubuh perlahan terdesain sempurna. Semua perubahan tertuju pada satu kata: indah. Tidak kurang, proses ini membutuhkan waktu hampir sama dengan masa saat menjadi ulat. Atau, seperempat masa hidup keseluruhan saat menjadi kupu-kupu.
Seiring dengan selesainya proses perubahan di fase itu, kulit kepompong pun kian menipis dan transparan. Gerak-gerak kecil pun mulai terlihat. Kepompong yang sudah transparan pun lenyap, yang tampak adalah sosok makhluk baru nan indah: kupu-kupu.
Seperti makhluk baru yang terlahir dari kepompong, kupu-kupu seratus persen memiliki penampilan dan karakter yang berbeda dari sebelumnya. Tidak lagi rakus dan menjijikkan, tidak lagi egois.
Kesibukannya selama separuh hidup usia secara keseluruhan, kupu-kupu hanya mengunjungi tempat-tempat yang bersih, cantik, dan sehat. Pergerakannya dengan dua sayap yang cantik, dari bunga ke bunga, memberikan kesejukan tersendiri untuk siapa pun yang memandangnya.
**
Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Dan tidak ada peristiwa yang berlalu tanpa hikmah untuk manusia. Tetap di rumah, itulah yang cocok untuk mengumpamakan kita seperti fase kepompong dalam hidup kupu-kupu.
Sebuah fase yang membosankan karena terisolasi dengan dinamika dunia luar. Tapi, di saat itulah, suasana memaksa kita untuk berubah. Berubah untuk berbenah diri dan keluarga.
Inilah fase di mana kita dipaksa untuk tidak rakus. Fase di mana kita dipaksa untuk menanggalkan aksesoris hidup, menahan nafsu dari bergelut dengan daya tarik dunia. Dipaksa untuk memotret diri apa adanya: tanpa polesan, tanpa topeng yang menipu.
Ketika tiba saatnya, kepompong corona akan menipis dan sirna. Dan, terbanglah kupu-kupu manusia terbaik untuk memulai hidup yang lebih baik dari sebelumnya. (Mh)