ChanelMuslim.com- Di luar dugaan semua pihak, corona tidak muncul dari para “peserta” karantina yang mendapat pengawasan dan isolasi super ketat. Ternyata, corona sudah ada di depan mata kita. Di Jakarta, kemudian bergeser ke Depok, Jawa Barat, sejak 14 Februari lalu.
Tanggal itu memang bukan angka cantik. Tapi, tanggal itu mengingatkan kita tentang sebuah momen yang mengkhawatirkan. Sudah begitu lama, para ulama negeri ini, mengingatkan bahaya pergaulan dengan sebutan vantine’s day.
Di momen itulah, sebuah pertemuan yang sangat “bersejarah” untuk bangsa Indonesia. Sebuah momen pertemuan yang akhirnya menjadi perantara masuknya apa yang selama ini ditakutkan dunia ke lingkungan rumah kita.
Diberitakan, pasien berinteraksi dengan warga Jepang dalam sebuah acara dansa di momen merah jambu itu. Pertemuan itu tidak empat mata, melainkan melibatkan banyak orang yang entah berapa jumlahnya. Lokasinya bukan di Depok, bukan di Natuna, bukan di Sebaru; tapi di Jakarta.
Pertanyaannya, kalau yang dari Depok terinfeksi, bagaimana dengan pengunjung dari tempat lain? Bagaimana dengan pegawai tempat acara? Bagaimana dengan sopir yang membawa si Jepang itu ke bandara? Dan, bagaimana dengan para petugas bandara yang secara kebetulan mungkin kontak fisik dengan si Jepang?
Begitu pun dengan lingkungan lain yang pernah “terjamah” pasien selain rumah sakit. Karena, Pak Wali Kota mengumumkan sekitar 70-an petugas medis mengalami nasib yang tidak mengenakkan sebagai imbas dari pasien yang terinfeksi itu. Bahkan, 5 di antaranya harus menjalani perawatan dan pengawasan.
Lingkungan lain itu antara lain rumah yang di sana ada pembantu rumah tangga, tetangga, petugas keamanan komplek, dan lainnya.
Kalau semua ingin ditelusuri, hasilnya boleh jadi bukan menjadi memuaskan. Justru, akan membawa halusinasi kita ke arah yang tidak jelas.
Kita tiba-tiba menjadi paranoid. Semua orang yang terlihat demam, batuk, flu, dan sejenisnya terlihat sebagai monster yang sangat menakutkan. Kita memborong semua jenis masker, berapa pun harganya. Karena mengira, bahwa masker itu bisa melindungi pemakainya dari corona.
Sebagian lagi, begitu mewaspadai semua yang berkaitan dengan kota Depok. Mulai dari wilayahnya, warganya, kulinernya, dan semua produk yang ada hubungan dengan nama Depok. Bahkan, boleh jadi sudah ada pihak-pihak yang terpikir untuk dilakukannya kebijakan isolasi secara menyeluruh.
Bagi mereka yang punya uang lebih, tiba-tiba mengalir syahwat untuk memborong apa yang mereka butuhkan: makanan, minuman, obat, bahkan mungkin benda-benda lain yang tidak berhubungan sama sekali dengan corona, seperti barang elektronik dan lainnya. Semata-mata karena takut tidak bisa keluar rumah untuk jangka waktu yang lama.
Pelan tapi pasti, corona telah menampakkan wajah kita yang asli. Wajah kerdil kita. Wajah egois kita. Wajah penakut kita. Dan, segala wajah buruk yang selama ini tersembunyi di balik tampak luar sosial kita.
Lebih dari itu, corona telah menelanjangi sisi iman kita. Kita seperti lupa bahwa semua yang terjadi di alam raya ini tak akan pernah terjadi tanpa izinNya. Kita seperti anak kecil yang memarahi hujan lantaran turun di saat ia ingin bermain di tanah lapang.
Hujan adalah makhluk dan rekayasaNya. Begitu pun dengan makhluk yang sangat dan sangat kecil serta lemah yang bernama corona.
Corona sekali lagi, telah menelanjangi semua klaim sisi kemuliaan manusia seperti yang selama ini dibanggakan. Bukan hanya kita di Indonesia, melainkan juga dunia. Lalu, belumkah saatnya kita menyadari sesuatu yang mungkin terlupakan.
Bahwa, segala jenis persenjataan dunia yang selama ini dibanggakan bisa melindungi negara dari serangan musuh. Bahwa, segala klaim tingginya peradaban dan kecerdasan dunia materialis saat ini. Bahwa, segala kebanggaan inovasi dan kreasi hukum dan budaya saat ini.
Semua seperti Allah perlihatkan pada posisi yang tak lebih rendah, hina, dan lemah; melebihi makhluk Allah yang super kecil dan lemah yang bernama corona.
“Ya Allah, melalui coronaMu, Kau telah telanjangi siapa kami. Betapa, kami semua begitu lemah, kecil, dan kerdil. Sedikit pun, siapa pun kami, negara apa pun kami, teknologi apa pun yang telah kami banggakan, tak lebih kuat dari makhlukMu yang super kecil bernama corona!”
Hasbunallah wani’mal wakil. Ni’mal maula wani’man nashir. Cukuplah Allah sebagai tempat kita bersandar, dan cukuplah Allah sebagai tempat kita memperoleh perlindungan. (Mh)