ChanelMuslim.com – Beberapa ibu di Australia menolak untuk memiliki anak kedua, setelah melihat biaya layanan penitipan anak yang semakin mahal.
Dimulai di tahun 1970, layanan penitipan anak awalnya diciptakan Pemerintah Australia untuk meringankan beban para ibu yang bekerja.
Namun kini jasa penitipan anak justru menjadi bahan keluhan para ibu yang bekerja di luar rumah, karena harganya yang terus meningkat.
"Saya tidak mau punya anak lagi, karena saya tahu kami pasti sudah tidak bisa lagi membayar biaya penitipannya," kata Lina Gyle, seorang ibu di Melbourne.
"Beberapa perempuan yang punya dua anak bahkan harus berhenti kerja sampai lima atau enam tahun karena memang biayanya sulit dipenuhi."
Lina yang bekerja sebagai manajer perusahaan senior di bank Australia paham soal pengelolaan uang, sehingga menurutnya pengeluaran untuk biaya penitipan anak luar biasa besar.
"Biaya penitipan anak lebih mahal dari pembayaran cicilan rumah saya," kata Lina yang harus mengeluarkan AU$ 24.000, atau sekitar Rp 220 juta setiap tahunnya.
Dengan pengeluaran sebesar AU$ 15.000, sekitar Rp138 juta per tahun, Maya Linden menitipkan anaknya di layanan penitipan anak selama empat hari setiap pekannya.
Besarnya biaya ini membuatnya langsung membuatnya tidak ingin punya anak lagi.
"[Mahalnya biaya penitipan anak] menjadi salah satu faktor saya dan suami ingin hanya punya satu anak."
"Karena kami sadar pola didikan apa yang kami mau berikan kepada anak, kami tahu beban yang harus dipertimbangkan ketika membesarkan anak dan kami merasa tidak dapat memberikan semuanya ini kepada dua anak."
Victoria University di Melbourne menemukan bagi para orangtua Australia dengan pendapatan rata-rata, biaya penitipan anak cenderung lebih mahal daripada biaya pendidikan sekolah swasta.
Malah, ditemukan jika biaya penitipan anak bagi keluarga di Australia menjadi yang tertinggi di dunia.
"Biaya penitipan anak bagi keluarga Australia setara dengan biaya sekolah swasta," kata Jen Jackson, kepala kebijakan pendidikan di Victoria University.
"Perbedaannya adalah orangtua terpaksa harus menitipkan anaknya di penitipan karena tidak ada pilihan."
Laporan penelitian juga mencatat kedua orangtua dengan gaji rata-ratanya adalah AU$ 85.000, atau sekitar Rp782 juta harus mengeluarkan AU$ 5.782, sekitar Rp53 juta, setahun.
Sementara, rata-rata biaya pendidikan di sekolah swasta Australia adalah AU$ 5.200 atau sekitar Rp 488 juta per tahun.
Beberapa tempat penitipan anak menawarkan pengajaran bagi anak-anak balita, namun dampaknya ke perkembangan mereka tidak dapat diukur secara jelas.
Walau demikian, bila diterapkan dengan baik, pengajaran bagi anak di penitipan dapat mempengaruhi perkembangan anak ketika mereka duduk di bangku sekolah dasar hingga SMA.
Menteri Pendidikan Australia, Dan Tehan mengatakan pemerintah sudah mengeluarkan biaya lebih banyak ke sektor penitipan anak.
"Lebih dari 70 persen orangtua sudah membayar AU$ 5, sekitar Rp 46.000, lebih murah per jamnya," katanya.
"Tapi saya masih berusaha agar beban biaya bisa semakin ringan lagi bagi orangtua."
Walau dana jutaan dollar sudah disalurkan, profesi di bidang ini masih menjadi salah satu pekerjaan dengan gaji terendah di Australia.
Rebecca Stiles, Direktur Hillbank Community Childrens Centre di Australia Selatan, sudah sejak lama mengampanyekan kenaikkan gaji karyawan.
"Tenaga pengajar bisa hanya mendapatkan gaji AU$ 20, sekitar Rp184 ribu, per jam yang sesungguhnya tidak pantas bila dibandingkan dengan kualifikasi mereka."
Jumlah tersebut mendekati gaji minimum karyawan di Australia yang per jammya adalah AU$ 19,49 atau sekitar Rp 179 ribu.[ah/abc]