BEGINILAH cara Allah menjaga kemurnian agama ini. Dari masa ke masa Allah hadirkan orang-orang (rijalud-dakwah) dan para ulama yang diberi keutamaan dan keistimewaan sebagai rujukan dan panutan agar umat tidak keliru meniti jalan kehidupan.
Tidaklah heran saat ini banyak anak-anak yang sedari kecil mudah menghafal al-Qur’an dan al-Hadits serta berakhlaq mulia.
Keluarga mereka diberi petunjuk oleh Allah menjadi bagian dari orang-orang yang sadar bahwa agama adalah fondasi kehidupan.
Wallahu a’lam
Baca Juga: Mencari Teladan dari Ibu Para Ulama yang Juga Single Fighter
Belajar dari Para Ulama
Pertemuan antara Imam Syafi’i dengan Imam Ahmad bin Hanbal
Saat bepergian ke Ummul Qura, Mekkah, Imam Ahmad bin Hanbal bertemu dengan Imam Syafi’i. Usia Imam Syafi’i saat itu lebih tua 16 tahun dari Imam Ahmad.
Imam Ahmad kemudian menimba ilmu pada Imam Syafi’i terkait nasab-nasab Quraisy, ilmu fiqih dan beberapa riwayat hadis.
Di antara riwayat terbaik Imam Ahmad dari Imam Syafi’i adalah riwayat dari Malik bin Anas dari Az-Zuhri dari Abdul Hamid bin Ka’ab bin Malik dari ayahnya, ia berkata, Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika orang beriman meninggal, maka ruhnya akan beterbangan dan hinggap di pepohonan surga hingga Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari kebangkitan.” [HR. Thabrani]
Saat mengunjungi Baghdad, Imam Syafi’i melihat kondisi Imam Ahmad yang tidak akan makan selain dari hasil pekerjaannya sendiri, meski sebenarnya pekerjaannya tidak mencukupi keperluan makan dan kebutuhan sehari-harinya.
Murid-murid Imam Ahmad bin Hanbal mengetahui bahwa beliau sangat memuliakan Imam Syafi’i. Imam Ahmad berwasiat kepada murid-muridnya untuk membaca kitab-kitab Imam Syafi’i seraya berujar, “Tidak seorang pun menulis kitab-kitab, sejak kitab-kitab itu ada, yang lebih mengikuti Sunnah melebihi Imam Syafi’i.”
[Biografi Empat Imam Mazhab, karya Abdul Aziz Asy-Syinawi]
Catatan Ustazah Wiwi Wirianingsih di akun Facebooknya 2019