Tarbiyah Kehidupan
PERILAKU anak-anak yang terekam dan viral di media sosial semakin memprihatinkan. Anak-anak kita menjadi dewasa secara fisik tapi secara karakter, ruh dan akalnya sangat mentah.
Berbagai prilaku negatif seperti berkata kasar, bully, hingga pacaran yang mengarah pada free sex bisa kita temui tidak hanya di kota-kota besar tapi juga di desa terpencil. Begitulah efek dari dunia digital.
Namun dari sekian banyak peristiwa negative, masih banyak lagi kisah positif. Seperti yang dikisahkan oleh Perwita Mulyaningsih, aktivis Yayasan Kita dan Buah Hati.
Dia bercerita dalam media sosialnya, facebook, ada kisah anak-anak yang menyelamatkan seekor anak kucing kecil kampung yang sedang sekarat di dekat rumahnya.
Tarbiyah Kehidupan
Mereka bersama-sama membawa anak kucing itu berkeliling dari satu dokter hewan ke dokter hewan lainnya. Sampai akhirnya bertemu dengan seorang dokter di klinik hewan yang cukup lengkap peralatannya.
Dokter hewan yang lain menolak merawat karena peralatan yang dibutuhkan tidak tersedia di klinik mereka.
Biaya untuk pengobatan anak kucing itu ternyata tidak sedikit karena kondisinya mungkin sudah cukup parah. Apalagi ternyata anak kucing perlu di rawat inap beberapa hari.
Mereka akhirnya urunan menggunakan uang saku mereka sendiri. Mereka juga mencari donatur para kakak yang sudah bekerja, juga ayah dan bundanya untuk membayar biaya perawatan anak kucing itu.
Setiap hari mereka menjenguk untuk mengecek kondisi si anak kucing yang nampaknya memang butuh penanganan khusus.
Biaya pun makin bertambah. Lalu terjadilah diskusi diantara mereka yang membuat hati orang-orang dewasa terharu, “Nggak apa-apa duit kita habis, yang penting anak kucing itu sudah dirawat. Nanti kan Allah ganti rizkinya dengan yang lain.”
“Yang perlu kita pikirkan sekarang, nanti kalau sudah sembuh, apakah anak kucing itu sudah bisa dilepaskan kembali ke alam bebas atau belum,” ujar anak yang lain.
Pertanyaan yang menunjukkan tanggung jawab atas masa depan si anak kucing.
Setelah bersabar menunggu beberapa hari, ternyata takdir menentukan lain. Anak kucing tidak tertolong, ia akhirnya mati. Anak-anak itu pun mengambil dan menguburkannya dengan hikmat. Ada suasana duka, tapi tidak nampak penyesalan.
“Hidup itu memang begitu berharga. Untuk meyelamatkan kucing beberapa hari saja dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan,” kata salah seorang dari mereka
Uang saku mereka memang habis. Waktu mereka tersita tapi mereka mendapat tarbiyah tentang kehidupan dari seekor kucing kecil, bahwa hidup yang berharga ini harus disyukuri dan di perjuangkan. Dan pada akhirnya Allah yang mengatur semua kehidupan ini.
Semoga tarbiyah ini menjadi bekal untuk pembentukan karakter positif sebagai generasi tangguh yang bisa memanfaatkan kehidupan secara positif.
Mari manfaatkan moment sehari-hari untuk mentarbiyah atau mendidik anak dengan karakter agar berkarakter positif. Dengan melibatkan mereka dalam penyelesaian masalah dan berdiskusi untuk mendapat ibrohnya dan pelajarannya. (Perwita/May)