MENGAJAK anak untuk belajar Islam ketika Ibu dan Ayah berbeda keyakinan, bagaimana caranya? Santi pernah mengalami kegagalan dalam berumah tangga. Pernikahan pertamanya hanya berjalan lima tahun.
Dia merasa tidak menemukan sosok imam dalam diri mantan suaminya. Mantan suaminya memilih menjadi seorang agnostik, percaya adanya Tuhan tapi tidak percaya pada agama.
Setelah setahun menjanda, ada seorang lelaki muslim yang bersedia memperistrinya. Suaminya kini banyak mengajarinya tentang Islam.
Santi ingin sekali anak hasil pernikahan pertamanya bisa dididik berdasarkan agama Islam.
Hal ini terkendala dengan perbedaan keyakinan dengan ayah biologis anaknya yang juga ingin membimbing anak mereka.
Bagaimana dia dan suaminya sekarang bisa memberikan pengaruh yang baik kepada anak mereka?
Anak-anak secara intuitif membutuhkan dan menginginkan adanya pedoman dan batas yang jelas tentang bagaimana mereka harus bersikap atau menjalani kehidupan meski mereka mungkin melakukan penolakan terhadap semua peraturan yang diberlakukan.
Dalam kasus perbedaan pola asuh antara ayah dan ibu yang berpisah dan masing-masing sudah berkeluarga lagi, yang paling penting untuk dikembangkan adalah hubungan dengan anak yang didasarkan pada cinta, rasa hormat, pengharapan yang jelas, dan menyenangkan.
Semua ini harus ditenun dengan rasa cinta kita kepada Allah Subhanahu wa taala. Yang paling utama adalah memberikan teladan lewat perbuatan.
baca juga: Untuk Pemula, Belajar Islam Mulai dari Mana?
Mengajak Anak untuk Belajar Islam ketika Ibu dan Ayah Berbeda Keyakinan
Kita harus membantu anak untuk memahami melalui perbuatan bahwa Allah adalah pusat terpenting dalam kehidupan kita. Allah yang memberi kita hidup dan pada akhirnya kita akan kembali kepada-Nya.
Segala peribadatan dan peraturan dalam Islam dicontohkan oleh orangtua dan tidak disampaikan dengan cara berkhotbah atau berceramah.
Jika disampaikan dengan cara dipaksakan akan menjadi alasan bagi anak untuk melarikan diri kepada ayah biologisnya yang tidak menjalankan syariat Islam dengan baik.
Jadi, yang pertama kita lakukan adalah menjalankan kehidupan dengan baik dan beribadah juga dengan baik. Mengajak anak untuk lebih menikmati ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu bangun dari tidur, segera berwudhu dan berdoa kepada Allah agar selalu membukakan pintu hidayah kepada keluarga kita. Jangan lupa untuk mengajak anak berdoa bersama.
Ketika waktu makan tiba, buatlah acara makan bersama yang menyenangkan dan biasakan untuk berdoa sebelum makan bersama, sertakan dia dalam membantu menyiapkan makanan dan merapikannya lagi setelah makan bersama usai.
Dengan menambahkan kegiatan berdoa ke dalam aktivitas sehari-hari, kita akan membantunya memahami hubungan yang dia butuhkan dengan Allah.
Nikmati waktu bersama dengan anak. Bimbing anak dengan penuh kasih. Belajar dengan cara yang menyenangkan.
Namun, ketika tiba waktunya untuk shalat, berhentilah dan ajak dirinya untuk shalat. Hal ini akan mengingatkan dirinya jika karena kita harus selalu mengutamakan Allah.
Jika pada awalnya dia tidak mau, maka biarkan dia duduk dan menonton aktivitas ibadah kita. Perlahan-lahan dorong dia untuk bergabung.
Pada saat berdzikir, biarkan dia menggunakan tasbih untuk menghitung zikir yang diucapkan. Pada saat dia mempunyai keinginan, ajak dia untuk membuat permohonan lewat doa.
Dengan melakukan ini, kita membantunya untuk memupuk cinta kepada Allah.[Maya/ind]