Chanelmuslim.com – “Dan dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdillah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda, ‘Aku tidak makan sambil bersandar’.” (HR. Al-Bukhari)
Makan dengan posisi badan tegak atau agak miring sedikit kedepan, adalah sebagian dari adab Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam. Ketika makan, beliau tidak menyandarkan badannya ke dinding kursi ataupun bantal. Menurut Al-Khathabi, sebagaimana dikutip Imam An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin bahwa makan dengan bersandar membuat seseorang sanggup makan lebih banyak, sehingga dia akan kekenyangan setelah makan. Sedangkan Nabi, beliau tidak pernah makan banyak, melainkan hanya secukupnya. Cukup untuk menyambung hidup.
Baca Juga: Makanan Pengundang Asam Urat
Tidak Makan Sambil Bersandar
Hadist di atas setidaknya mengandung dua pelajaran. Pertama, bahwa hukum makan sambil bersandar adalah makruh. Karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Salam tidak menyukai orang yang makan sambil bersandar. Dan kedua, seyogyanya seorang muslin tidak makan terlalau banyak, karena akan membuatnya kekenyangan. Sementara orang yang kekenyangan selesai makan, dia akan membutuhkan beberapa waktu untuk melakukan aktivitas berikutnya.
Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku pernah meluhat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam makan korma dengan duduk muq’iy.” (HR. Muslim)
“Muq’iy” adalah orang yang duduk dengan melipat satu kakinya ke belakang, betis bagian depannya menyentuh tanah atau lantai, dan telapak kakinya menyangga pantat, sementara lututnya mengarah ke depan. Sedangkan kaki satunya lagi dilipat dengan lutut mengarah ke atas, paha bagian depan mengarah ke badan, betis bagian muka mengarah ke depan, dan telapak kaki menginjak tanah atau lantai.
Makan dengan posisi duduk seperti ini adalah sunnah Rasul, meskipun mungkin beliau tidak selalu makan dengan posisi duduk. Posisi duduk Nabi yang seperti ini yang juga pernah dilihat Anas. Hanya saja, posisis duduk seperti ini, terlebih lagi pada saat makan, dapat membuat seseorang untuk tidak bersandar.
Menurut Ibnu Qayyim, ada tiga macam bersandar yang ketiganya tidak dilakukan Nabi. Pertama, yaitu bersandar di atas perut atau makan dengan tiduran. Posisi seperti ini adalah posisi makan yang jelek, karena dapat menganggu kesehatan. Kedua, makan dengan bersandar kepada sesuatu. Misalnya, bersandar pada dinding atau kursi. Dan ketiga, yaitu duduk bersandar di atas kedua paha dengan menyilangkan kedua kaki di depan, atau duduk bersila. Karena duduk seperti ini adalah gaya duduk penguasa lalim saat itu. Dan, Nabi enggan duduk dengan gaya penuh keangkuhan seperti itu. Baliau bersabda.
“Sesungguhnya aku duduk sebagaimana duduknya seorang hamba. Dan aku makan sebagaimana makannya seorang hamba.”
Itulah makanya, beliau senang makan sambil duduk dengan posisi yang telah kami sebutkan sebelumnya tadi, bukan dengan duduk bersila.
Sekiranya yang dimaksud bersandar adalah duduk dengan beralaskan bantal dan sejenisnya, maka seakan-akan beliau bersabda, “Aku tidak makan dengan bersandar di atas bantal seperti yang biasa dilakukan para penguasa lalim, dan orang-orang yang rakus. Namun aku makan secukupnya sebagaimana makannya seorang hamba.
(Sumber: 165 Kebiasaan Nabi, Abdul Zulfidar Akaha, Pustaka Al-Kautsar)