ChanelMuslim.com – Dapur umum Dompet Dhuafa di kampung Cimapag, Desa Sinarresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, terlihat ramai. Para relawan dari berbagai wilayah mampir dan turut bersantap makan siang bersama. Salah satunya adalah Basuki Bashori. Badannya kuyup, dari ujung kaki sampai wajahnya dipenuhi dengan lumpur. Sedari pagi, Basuki terus mencari korban yang masih tertimbun longsor.
Basuki begitu ia disapa, bukanlah warga Desa Sinarresmi. Ia juga bukanlah anggota tim SAR, dia hanyalah relawan biasa yang menjadikan kegiatan kerelawanan sebagai passion. Berbekal niat tulus dan bekal seadanya, Basuki berangkat dari kediamannya di Bumiayu, Brebes, menuju tempat bencana.
“Bukan mas, kita swadaya sendiri, keluar uang sendiri, memang sudah passion,” jelas Basuki ketika diceritakan kepada tim Dompet Dhuafa.
Dengan pakaian yang masih berlumpur, Basuki menceritakan kisahnya yang nekat berangkat ke tempat bencana untuk menjadi relawan.
“Saya berangkat dari Bumiayu, Brebes. Kalau kosong saya berangkat, bersama teman-teman yang lain. Kita biaya sendiri, kalau ada waktu dan biaya kita berangkat,” cerita Basuki.
Sebelum sampai di Sukabumi, Basuki bersama dua rekannya sudah terlebih dahulu berangkat menjadi relawan di wilayah bencana tsunami Selat Sunda. Ketika ada berita tanah longsor di Sukabumi, Basuki bersama rekannya memutuskan langsung menuju kesana untuk turun mengevakuasi warga.
“Kita berangkat dari Banten, tiga hari kita di sana, begitu kita dapat kabar kita langsung geser kesini,” ungkap ayah dua anak tersebut.
Basuki bukanlah orang kaya, dia hanyalah tukang kayu di Brebes. Walau harus meninggalkan pekerjaan dan menghabiskan akomodasi tidak sedikit, Basuki mengaku tidak pernah merasa kekurangan, baik ketika di lapangan maupun di kehidupan biasa.
Bahkan ia juga sering kehabisan bekal ditengah kegiatan kerelawanannya. Namun banyak teman yang membantu tiba-tiba. Baginya, dengan membantu langsung ke tempat bencana, dapat menjadi amal terbaik dalam hidupnya.
“Tidak takut (kehabisan bekal) saya mas, walau harus keluar uang pribadi, saya tidak pernah merasa kekurangan. Kalau kita niatkan membantu, Tuhan pasti juga akan membantu balik kita,” ungkap Basuki, yakin.
Bukan hanya di Banten dan Sukabumi, Sudah tidak terhitung banyaknya kegiatan kerelawanan yang Basuki terlibat di dalamnya. Gempa di Lombok, tsunami Palu, longsor Brebes dan Banjarnegara, bahkan sampai gempa Yogyakarta yang sudah lama terjadi, Basuki ikut didalamnya, membantu.
Bagi Basuki, menjadi relawan bukan hanya sekedar passion atau hobi, melainkan panggilan kemanusiaan.
“Ini memang sudah panggilan kemanusiaan. Kalau bisa bantu, kenapa tidak?” tutup Basuki.
Tiap harinya, Basuki dan rekannya bersantap siang di Dapur Umum Dompet Dhuafa. Kahadiran dapur umum tersebut menjadi salah satu fasilitas bagi Basuki untuk mengisi tenaga sebelum kembali mengevakuasi korban. Selagi masih ada waktu dan tenaga, Basuki dan rekan-rekannya ingin terus membantu, dimanapun itu.
Masya Allah, semoga jadi jariyah yang tiada putus-putusnya. (red/rilis)