ChanelMuslim.com – Tahun 2018 diakhiri dengan berita duka dari Sukabumi. Setelah hujan deras yang mengguyur kawasan Cisolok, pada pukul 17.30 terjadi tanah longsor yang menimbun 30 rumah. Bencana yang menimbun 107 orang menyebabkan setidaknya 15 orang meninggal, sekitar 20 masih dicari dan 60 selamat.
Indonesia memang salah satu negara yang rawan akan bencana. Sebelumnya telah terjadi tsunami di Banten dan Lampung akibat erupsi anak gunung Krakatau. Ada satu peristiwa yang bisa kita ambil hikmahnya.
Viral cerita tentang siswa-siswa Nurul Fikri Boarding School Anyer yang tengah mengikuti camp Quran. Mereka sedang mengikuti program menghafal qur’an yang diadakan saat liburan panjang sekolah. Lokasi di sebuah kondominium tepat di bibir pantai Carita. Hari itu anak-anak sedang rehat. Beberapa anak laki-laki sedang bermain bola. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh seperti suara hujan yang besar tapi hari itu terang dan tidak ada rintik hujan yang turun.
Tersiarlah kabar telah terjadi tsunami di Tanjung lesung. Pihak panitia camp Quran pun bersiap mengevakuasi anak-anak menuju pesantren Nurul Fikri Anyer yang letaknya di atas bukit. Persiapan evakuasi menyimpan kisah haru tentang anak-anak yang tengah menyiapkan kematian mereka sendiri. Tidak ada rasa takut mati sama sekali.
"Pakai baju terbaik ya yang menutup aurat. Kalau kita meninggal aurat kita tertutup dan kita menghadap Allah dengan kondisi baik," ujar seorang santri putri.
"Aku minta maaf ya kalau aku punya salah, maafin kalau aku meninggal aku lega kamu maafin aku," tutur yang lainnya.
"Teteh, ini aku bayar utangku ya 5 ribu biar kalau aku meninggal bisa masuk surga," kata seorang anak pada Teteh yang memasakan makanan mereka selama camp Quran.
"Ya Allah ini matching gak ya? Baju dan jilbabnya. Kan Allah sukanya keindahan,” tanya seorang santri kepada kawannya.
"Ummiku aku mikirin ummiku yang lagi nginap dekat pantai juga. Aku nggak ikut ngungsi ya, ustadzah. Aku nunggu disini aja. Kayaknya umi akan jemput aku lagi.” Seorang santri gusar memikirkan keluarganya.
Tsunami tidak menyentuh kondominium itu, air lau seperti berebelok ke arah lain. Masya Allah, kisah ini jadi mengingatkan kita tentang sabda Rasulullah saw yang berbunyi,
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi)
Selalu mengingat kematian dan mempersiapkannya dengan bekal ketaqwaan akan membuat kita terlepas dari kenikmatan dunia yang menipu. Ketika kehidupan seseorang terfokus pada meraih ketaqwaan, ia tidak akan risau memikirkan dunia. Wallahu’alam (MAY)