ChanelMuslim.com- Untuk ukuran hewan air, kepiting tergolong hewan pemberani, kuat, dan pantang mundur. Ikan, katak, bahkan buaya pun sangat mengagumi keberaniannya.
“Sepertinya, gak ada hewan air yang lebih berani dari kepiting,” ucap anak katak kepada ibunya.
“Anakku, keberanian saja belum cukup,” sahut ibu katak, singkat.
Anak katak masih belum memahami ucapan ibunya. Pandangannya masih tertuju pada pesona sosok kepiting yang begitu tegar berdiri di atas bebatuan dalam air.
Kalau ada hewan ikan pemangsa mendekat, semua bersembunyi kecuali sang kepiting. Ia tetap tegar berdiri dengan menampakkan japit tangannya yang besar dan keras.
Siapa pun yang berani mengganggu, akan kena capit. Dan kalau sudah kena, kepiting tak akan pernah melepas capitnya hingga sang korban menyerah.
Jadi, jangan pernah usik sarang kepiting. Ia tidak pernah takut, dan akan mencapit apa pun dan siapa pun yang masuk wilayahnya.
“Wuih, kereen,” gumam sang anak katak demi menyaksikan keberanian sang kepiting..
Hingga suatu hari, sebuah pancing manusia masuk ke air sungai. Semua hewan air menjauh. Mereka belajar dari pengalaman kalau pancing itu sangat berbahaya.
Pancing itu pun berpindah dari satu pojok sungai ke pojok yang lain. Dan akhirnya pas masuk ke wilayah sarang kepiting.
Sang anak katak menahan nafas dalam menyaksikan itu. Entah apa yang akan dilakukan sang kepiting. Apakah ia akan sembunyi seperti hewan air lain, atau….
“Trakkk,” suara capit kepiting mencapit kail pancing. Sebuah capitan yang keras dan kuat.
Buat hewan air lain yang sudah berpengalaman, itu pertanda bencana. Tapi buat kepiting, itu pertanda perlawanan. Emosi sang kepiting mengalahkan naluri bertahan hidupnya.
Pancing mulai diangkat ke atas permukaan air. Anak katak berharap, kepiting akan melepas capitannya agar bisa selamat dari jebakan itu. Tapi, tidak begitu dengan kepiting yang sudah terlanjur dibakar emosi. Siapa pun yang berani mengusik sarangnya, akan ia lawan dengan capitnya yang super kuat.
Bahkan, ketika pancing diangkat ke atas permukaan sungai, sang kepiting tak juga melepas capitannya. Ia masih mencengkeram kuat kail itu. Dan sejak itu, berakhirlah riwayat sang kepiting.
“Aih, itukah yang dimaksud ibu. Berani saja belum cukup,” ucap sang anak katak masih prihatin dengan apa yang ia saksikan.
**
Emosi itu baik, tapi emosional itu buruk. Marah adalah salah satu wujud emosi yang perlu kendali.
Kekuatan dan keberanian bukan yang selalu tampak dalam marah. Keberanian tanpa kecerdasan seperti kepiting yang terjebak dalam kail pancingan. (muhammad nuh)