MASA golden years, terutama pada usia dini balita, merupakan periode penting dalam perkembangan otak dan sistem saraf.
Pada tahap ini terjadi pembentukan serta penguatan hubungan antar sel saraf (sinaps).
Jumlah dan kualitas sambungan saraf tersebut berperan besar dalam menentukan kapasitas kecerdasan anak di kemudian hari.
Perkembangan otak berlangsung secara menyeluruh pada seluruh bagian otak, termasuk belahan otak kiri dan kanan yang memiliki fungsi berbeda.
Dikutip dari buku Aneka Makanan Minuman untuk Mencerdaskan Otak Bayi karya Anidya Kedasih, belahan otak kiri umumnya berkaitan dengan pengendalian bagian tubuh sebelah kanan serta aktivitas yang bersifat terstruktur, logis, dan sistematis, seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Sementara itu, belahan otak kanan berhubungan dengan bagian tubuh sebelah kiri dan berperan dalam aktivitas berpikir kreatif, imajinatif, emosional, intuitif, serta kemampuan seni dan spiritual.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Keseimbangan stimulasi terhadap kedua belahan otak menjadi faktor penting dalam pengembangan kecerdasan majemuk pada anak.
Upaya optimalisasi perkembangan otak dapat dilakukan dengan melatih penggunaan kedua sisi tubuh secara seimbang, termasuk tangan, kaki, mata, dan telinga kanan maupun kiri.
Stimulasi ini dianjurkan dilakukan secara konsisten, terutama hingga anak berusia tiga tahun.
Penggunaan satu sisi tubuh secara dominan tanpa keseimbangan dapat menyebabkan perkembangan fungsi otak yang kurang optimal.
Pengaruh Stimulasi, Nutrisi, dan Perkembangan Otak pada Balita
Pada anak yang menunjukkan kecenderungan kidal, pendekatan yang dianjurkan adalah melatih penggunaan kedua tangan dan kaki tanpa paksaan, guna mendukung perkembangan otak secara menyeluruh.
Perkembangan kemampuan balita usia 1 hingga 3 tahun berlangsung bertahap.
Pada usia 13–15 bulan, anak mulai tertarik pada gambar, mampu berjalan sendiri, mengambil mainan, berceloteh, serta meniru aktivitas orang di sekitarnya.
Memasuki usia 16–18 bulan, kemampuan berbahasa meningkat, anak mulai memahami fungsi benda dan mampu menemukan mainan yang disembunyikan.
Baca juga: Peran DHA dan AA dalam Mendukung Fungsi dan Perkembangan Otak
Pada usia 19–24 bulan, anak umumnya sudah mengenali bentuk sederhana, menyebutkan nama sendiri, serta mengucapkan kalimat pendek.
Selanjutnya, pada usia 2–3 tahun, anak semakin mampu mencocokkan bentuk, menyusun balok, berpakaian sendiri, dan memahami instruksi atau ucapan orang lain.
Seluruh kemampuan tersebut perlu dioptimalkan melalui stimulasi yang tepat.
Stimulasi berperan dalam proses pembentukan dan pertumbuhan sinaps (sinaptogenesis), yang mendukung kecepatan belajar dan kemampuan memori.
Aktivitas bermain yang melibatkan seluruh indera, gerak motorik kasar dan halus, komunikasi, perkembangan sosial-emosional, kemandirian, serta kemampuan berpikir kreatif sangat dianjurkan pada masa ini.
Stimulasi yang diberikan sejak dini berkontribusi besar terhadap perkembangan berbagai aspek kecerdasan anak.
Selain stimulasi, faktor nutrisi juga memiliki peranan penting dalam mendukung perkembangan otak.
Asupan gizi yang lengkap dan seimbang sejak masa kehamilan hingga usia tiga tahun dapat meningkatkan jumlah sel otak, kualitas percabangan sel saraf, serta efektivitas hubungan antar sel saraf.
Nutrisi tertentu, seperti asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak dan neurotransmiter.
Asam amino seperti tirosin dan triptofan berperan dalam pembentukan zat kimia otak yang memengaruhi konsentrasi, emosi, perilaku, dan pengendalian diri anak.
Selain itu, vitamin B6, zat besi, yodium, dan seng juga diperlukan untuk mendukung fungsi enzim otak, pembelahan sel, serta perkembangan kecerdasan secara optimal.[Sdz]





