SIMAK beberapa penyebab dan gejala pneumonia pada bayi yang harus diwaspadai. Sebab, kondisi ini bisa memengaruhi kesehatan bayi dalam jangka panjang jika tidak tertangani dengan cepat.
Pneumonia bisa menyebabkan bayi kekurangan oksigen dalam waktu lama dan berdampak pada perkembangan otaknya.
Pneumonia adalah peradangan paru-paru akibat infeksi akut pada saluran pernapasan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.
Pada balita, gejala pneumonia yang sering muncul meliputi batuk dan kesulitan bernapas. Tingkat keparahan pneumonia bervariasi.
Baca juga: Vaksinasi Pneumonia dapat Meringankan Gejala dan Mencegah Risiko Komplikasi
Ketahui Penyebab dan Gejala Pneumonia pada Bayi
Kondisi gizi bayi, daya tahan tubuh, serta lingkungan ikut berperan. Bayi dengan gizi baik dan tinggal di lingkungan sehat biasanya mengalami kondisi yang tidak terlalu berat ketika terserang pneumonia.
Pneumonia termasuk ancaman serius bagi anak-anak di dunia. Bahkan, dikutip dari laman Kemenkes tahun 2024, kematian akibat pneumonia terjadi setiap 43 detik. Artinya, ada 700.000 anak meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia.
Pneumonia disebabkan oleh beberapa jenis bakteri dan virus. Bakteri yang paling sering adalah streptococcus pneumoniae atau pneumococcus.
Sementara itu, virus yang juga sering menyebabkan pneumonia, antara lain hemovirus influenza, pertusis, klebsiella, RSV, rinovirus, dan parainfluenza.
Gejala pneumonia biasanya seperti flu biasa. Buah hati mengalami batuk, pilek, dan demam. Namun, gejala akan berkembang menjadi lebih berat jika sudah menyerang paru-paru.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Orangtua sebaiknya waspada bila anak memperlihatkan beberapa gejala berikut ini, di antaranya napas cepat, sesak napas, terlihat lemah, tarikan dinding dada ke dalam, kulit membiru, kejang, dan penurunan kesadaran.
Frekuensi napas adalah kunci mengenali pneumonia. Napas normal bayi tidak boleh lebih dari 60 kali per menit pada usia kurang dari dua bulan.
Sementara itu, pada usia dua bulan sampai satu tahun, tidak boleh lebih dari 50 kali per menit, dan di atas satu tahun batasnya adalah 40 kali per menit. Saturasi oksigen tidak boleh turun di bawah 95 persen. [Din]





