SILATURAHIM itu memperpanjang umur dan menambah rezeki. Seribu satu kebaikan terbuka melalui silaturahim.
Pada sekitar Januari tahun 2007, ada seorang ulama Al-Azhar yang berkunjung ke Indonesia. Beliau adalah Dr. Yusuf Al-Qaradhawi rahimahullah.
Salah satu yang beliau kunjungi adalah PBNU, Pengurus Besar Nahdhatul Ulama di Jakarta. Beliau didampingi oleh Menteri Agama RI saat itu: Dr. Maftuh Basyuni.
Sejumlah Kiyai senior NU menyambut kunjungan langka itu. Di antara mereka KH Hasyim Muzadi yang saat itu menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah PBNU, KH Ma’ruf Amin, Dr. Said Aqil Siraj, Prof. Nazaruddin Umar, KH Magfur Utsman, dan lainnya.
KH Ma’ruf Amin memulai sambutannya. Menurutnya, banyak orang Indonesia yang salah sebut nama belakang ulama yang saat itu tinggal di Doha Qatar. Kebanyakan orang menyebut Al-Qardhawi, padahal yang benar adalah Al-Qaradhawi.
“Karena Al-Qardhawi artinya tukang kritik!” ucap Kiyai yang akhirnya menjabat Wakil Presiden RI itu.
Candaan khas kiyai NU ini pun disambut tawa oleh Yusuf Qaradhawi. Begitu pun para kiyai yang hadir. Suasana langsung menjadi begitu cair dan akrab.
Tidak mau kalah dengan Kiyai Ma’ruf, Syaikh Yusuf Qaradhawi pun berujar bahwa dirinya memiliki kesamaan dengan NU.
“Saya lahir di tahun yang sama dengan berdirinya Nahdhatul Ulama, sama-sama di tahun 1926. Karena itu, saya ini juga orang NU,” ucap Syaikh Al-Qaradhawi yang kontan disambut tawa yang hadir.
Kiyai Maghfur Utsman langsung menyambut candaan itu dengan mengatakan bahwa kalau Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi lahir di Indonesia, tentu beliau sudah menjadi pengurus NU.
“Posisi yang pas buat beliau adalah Ketua Rais Syuriah,” ungkap Kiyai Maghfur yang juga disambut tawa semua yang hadir.
**
Para ulama itu selalu memandang dan berbicara dengan hati. Hati yang memancarkan cahaya keimanan dan persaudaraan.
Ketika mereka bertemu, tak ubahnya seperti saudara dekat yang terpisah jauh oleh jarak. Ada kerinduan, ada keakraban, dan tentu saja cinta dan kasih sayang sesama umat Islam.
Silaturahim itu pintu keakraban dan persaudaraan umat Islam, bahkan umat manusia di seluruh dunia.
Karena itu, kunjungilah saudara kita dengan penuh keakraban, meskipun ada perbedaan di antara kita. [Mh]





