HIDUP di dunia itu hanya sekali. Serba terbatas, tapi berdampak begitu besar untuk kehidupan berikutnya yang tanpa batas.
Ada seorang pemuda yang ingin menguji wawasan Buya Hamka rahimahullah. Menurutnya, di negara Arab yang muslimnya mayoritas pun banyak wanita pelacur.
“Bagaimana Anda tahu?” tanya Buya Hamka.
Ia melanjutkan bahwa itu berdasarkan pengalamannya sendiri. Bahkan ia bisa membedakan mana wanita pelacur dan mana yang tidak, meskipun mereka mengenakan hijab dan cadar.
Arah pembicaraan ini dimaksudkan oleh si pemuda bahwa di negeri muslim pun banyak keburukan. Dengan kata lain, ia ingin membuktikan bahwa Islam tidak menjadi jaminan baik buruknya seseorang.
“Menurut saya, di Amerika tidak ada pelacuran!” ungkap Buya Hamka. Sang pemuda tadi terperangah dengan ucapan itu.
“Anda salah besar. Justru di Amerikalah pusatnya pelacuran,” sahut sang pemuda sambil tertawa. “Tapi, bagaimana Anda bisa berkesimpulan seperti itu?” tambahnya.
“Saya pernah diundang ke Amerika oleh warga Indonesia yang tinggal di sana. Cukup lama saya di sana. Empat bulan. Di sana, saya memberikan ceramah tentang Islam,” papar Buya Hamka.
“Dan selama saya di sana, saya tidak pernah bertemu pelacur!” tambah Buya.
Pemuda tadi sontak terdiam. Ia paham betul apa arti sindiran cerdas Buya Hamka.
**
Kualitas dan pandangan hidup seseorang itu bergantung pada tujuannya. Kalau tujuan hidupnya hanya senang-senang, ya kualitas hidupnya tak jauh dari dunia kesenangan.
Kalau tujuan hidupnya untuk menunaikan amanah Allah dan amanah manusia dengan sebaik-baiknya, maka kualitas hidupnya menjadi sosok yang amanah.
Benahilah tujuan hidup kita. Insya Allah, kita akan menemukan jalan menjadi hamba Allah yang hidupnya berkualitas. [Mh]