K-NISAA’ STIS 2025 kembali menghadirkan kajian inspiratif yang mengangkat tema “In Her Struggles, We See Strength”, disampaikan oleh Teh Eva Elnova.
Dalam sesi yang diikuti oleh 80 peserta Muslimah ini, Teh Eva mengajak para peserta untuk menyadari bahwa Islam memberikan banyak keistimewaan dan peran mulia bagi perempuan.
“Islam itu banyak memberi kita privilege,” ujar Teh Eva, membuka materinya pada Jumat (27/6/2025).
Ia menekankan bahwa banyak dari kita merasa insecure atau kehilangan arah di usia muda, padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah panutan terbaik dalam menghadapi setiap fase kehidupan.
“Bagi teman-teman yang insecure, ingat kita punya panutan, Baginda Rasul. Rasul hidup hanya sampai usia 63 tahun, tapi usianya sangat panjang dalam dampaknya.”
Dalam kajian tersebut, Teh Eva juga membahas fenomena quarter life crisis yang marak terjadi di kalangan anak muda saat ini.
Menurutnya, dalam Islam tidak ada konsep seperti itu. Fase kehidupan dalam Islam dikenal sebagai tamyiz, baligh, dan syabab, dan masing-masing memiliki tanggung jawab serta peluang untuk beramal salih.
“Quarter life crisis itu muncul karena sistem dan pemikiran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam,” jelasnya di Auditorium Polstat STIS.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ia mengajak peserta untuk menggali potensi diri dengan berkiblat pada sosok-sosok perempuan teladan seperti Khadijah (pengusaha sukses), Aisyah (periwayat hadits terbanyak), Zainab binti Jahsy (dermawan), dan Rufaidah (perawat pertama dalam Islam). “Semua ini adalah wanita unggul yang dididik langsung oleh Rasul,” tambahnya.
Teh Eva juga menekankan pentingnya mencari role model yang berdasarkan pada syariat, bukan sekadar tren dunia modern.
Ia mengutip QS. An-Nahl ayat 97 sebagai bukti bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama di sisi Allah, asalkan dalam keadaan beriman. “Itulah privilege yang sebenarnya,” katanya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa setiap privilege datang bersama aturan Allah.
“Prinsip bukanlah penghalang, tapi penjaga. Syariat bukan penghambat potensi, tapi pelindung dari kesia-siaan,” tuturnya.
Syariat Bukan Penghalang, Tapi Penjaga: K-Nisaa’ STIS 2025 Hadirkan Pesan Menguatkan
Baca juga: K-Nisaa’ STIS 2025: Wadah Kajian Muslimah untuk Menambah Ilmu dan Wawasan Keislaman
Mengakhiri materi, Teh Eva memotivasi para peserta untuk menjadi muslimah yang berdaya tanpa harus melampaui batas fitrah.
“Potensi tertinggi seorang Muslimah adalah keberhasilan perannya sebagai hamba Allah. Jadilah Muslimah yang kuat dan berdampak, tapi tetap dalam koridor syariat.”
Ia juga membagikan empat langkah awal untuk memulai perjalanan menjadi Muslimah yang kuat:
Memiliki strong why (motivasi illahiyah),
Mengenali diri sendiri,
Menulis rencana dan memiliki tujuan hidup (QS. Al-Hasyr: 18),
Menjadi pembelajar sejati, serta mampu mengelola hati dan menjaga harga diri.
Harapannya, peserta dapat keluar dari kajian ini dengan semangat baru untuk menjadi pribadi yang lebih beriman, berdampak, dan siap menjalani peran-perannya sebagai Muslimah seutuhnya.[Sdz]