NAMA al-Tibb al-Nabawi secara harfiah berarti pengobatan kenabian.
Bahkan, nama tersebut didasarkan pada sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Akan tetapi, nama tersebut mencakup lebih dari sekadar sejumlah kecil sabda kenabian.
Ia menggabungkan filsafat dan praktik Yunani dan India di mana pun yang dianggap sesuai dengan prinsip umum Islam.
Ucapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menetapkan pedoman dan prinsip umum yang kemudian menghasilkan penemuan dan pengamatan hebat dari orang-orang seperti Ibnu Sina dan pemikir Muslim lainnya.
Rangkaian artikel ini akan menjadi pengantar untuk beberapa prinsip tersebut.
Penyakit
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Contoh ini dan ayat-ayat yang serupa memberikan izin khusus kepada orang yang sakit. Izin ini termasuk menunda puasa wajib dan tidak harus berperang selama masa perang.
Pengobatan Nabi: Setiap Penyakit ada Obatnya (1)
Para ahli hukum menetapkan dasar untuk diagnosis praktis.
Mereka mengidentifikasi cara-cara yang dapat digunakan untuk menilai suatu penyakit, termasuk ketidakteraturan dalam darah, urin, tinja, dan air mani; ketidakseimbangan dalam pola tidur, makan, dan minum, serta munculnya angin, bersin, dan muntah.
Jantung (qalb), di sini, mengacu pada ‘pusat emosi’. Secara fisik, seseorang dianggap sakit jika ia ‘tidak seimbang’.
Demikian pula, seseorang sakit secara emosional jika ia berada di luar keadaan alami dan murni yang menjadi tempat kita diciptakan.
Baca juga: Mengonsumsi Obat-obat Tertentu untuk Mematikan Syahwat
Dokter dibutuhkan untuk beberapa penyakit emosional dan fisik ini; untuk yang lainnya tidak.
Kelelahan adalah gejala ‘ketidakseimbangan’ yang dapat diatasi hanya dengan tidur.
Islam memandang penyembuh utama dari kondisi-kondisi ini adalah Dia yang menciptakannya.
Dia mengutus para dokter kepada ciptaan-Nya seperti Isa yang menyembuhkan orang kusta serta mereka yang menderita kesombongan dan ego yang membesar.
Dokter terakhir yang hebat ini adalah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang melalui nasihat dan praktiknya, menetapkan prinsip-prinsip untuk menyembuhkan kedua jenis penyakit tersebut.[Sdz]