NAMA lengkapnya Sa’ad bin Ubadah bin Dulaim bin Haritsah Al Khazraji, biasa dipanggil Abu Tsabit. Di era jahiliyah, ia digelari Al-Kamil, karena pengetahuannya yang sempurna di bidang tulis menulis, kepandaiannya dalam berenang dan memanah.
Baca Juga: Bekerja Demi Mendapat Balasan Allah bukan berarti Menolak Upah
Sa`ad bin Ubadah, Pemimpin Kaum Anshar yang Didatangi 80 Orang
Ia termasuk salah satu amir (pemimpin) terpandang di masa jahiliyah dan salah satu diantara 12 pemimpin Anshar yang terpilih dalam bai’at Aqabah II. Ia adalah pemimpin Bani Sa’adah dan pembawa panji mereka dalam setiap peperangan.
Setelah selesai prosesi bai’at secara rahasia dan orang-orang Anshar sudah bersiap-siap untuk pulang ke Madinah, tiba-tiba orang-orang kafir Quraisy mengetahui tentang prosesi pembai’atan mereka kepada Rasulullah.
Mereka mengusir rombongan kaum Anshar dan menangkap Sa’ad bin Ubadah. Mereka mengikat tangan sampai lehernya dengan tali kekang kendaraannya, kemudian mereka menyeretnya sampai memasuki kota Makkah.
Pada masa jahiliyah nenek moyangnya memiliki sebuah benteng. Di benteng itu diserukan, “Siapa yang menginginkan minyak lemak dan daging, hendaklah ia datang ke benteng Dulaim bin Haritsah.”
Setiap hari, ia selalu membawa sebuah mangkok besar kepada Nabi yang berisi Tsarid dan daging. Ia berkeliling bersama Nabi ke rumah isteri-isteri Beliau.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mendoakannya dan berkata, “Ya Allah, berikanlah shalawat dan rahmat-Mu kepada keluarga Sa’ad nin Ubadah.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Ia pernah menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bertanya, “Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan ia punya nazar yang belum sempat ditunaikannya, apakah ibuku mendapat pahala kalau aku memerdekakan budak atas namanya?”
Beliau menjawab, “Merdekakanlah atas nama ibumu!” (HR. An-Nasa’I dan Ahmad)
Sa’ad adalah orang yang terkenal pecemburu, sampai-sampai Nabi pernah berkata tentangnya, “Dia adalah pecemburu. Aku lebih pecemburu dari dia dan Allah lebih pecemburu dari aku.” (HR. Muslim)
Biasanya satu rumah Anshar didatangi satu, dua, atau tiga orang muhajirin, tapi rumah Sa’ad didatangi 80 orang Anshar dan ia menjamu mereka semua.
Sa’ad tidak hanya memperjuangkan Islam dengan harta kekayaannya, tapi ia juga berjuang dengan kekuatan dan kepandaiannya.
Ia terkenal sebagai seorang pemanah ulung. Dalam setiap perang bersama Rasulullah, ia selalu membai’at Beliau bahwa ia akan berjuang sampai titik darah penghabisan.
Pada saat pembebasan kota Makkah (Fath Makkah), Rasulullah menugasinya sebagai komandan pasukan garis depan.
Ia termasuk orang yang dicalonkan sebagai khalifah dari kalangan Anshar pasca wafatnya Nabi. Tatkala Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidiyah hadir di Saqifah Bani Sa’adah, orang-orang Anshar membai’at Abu Bakar sebagai khalifah. Saat itu bersama mereka Sa’ad bin Ubadah yang sedang sakit.
Ia meriwayatkan 21 hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Di antaranya Nabi bersabda, “Tidak satupun diantara sepuluh orang amir (penguasa), melainkan ia akan menjumpai Allah dalam keadaan terbelenggu pada hari kiamat kelak. Dia tidak dibebaskan dari belenggu itu kecuali dengan keadilan. (HR. Ahmad)
Ia meninggal di Syam tahun 15H. [Cms]
Sumber : Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Pustaka Al-Kautsar