DALAM sebuah seminar bersama para pengajar, Anis Baswedan memberikan ceramah tentang proyeksi pendidikan abad 21. Tantangan abad 21 sudah lebih maju.
Pada saat ini beberapa profesi sudah tidak dikenal lagi, misalnya tukang pos. Sejak berkembangnya dunia digital, mengirim surat melalui pos sudah tergantikan dengan email.
Untuk menghadapi tantangan abad 21, pendidikan diharapkan mengembangkan kurikulum yang tidak lagi sekedar mengajarkan anak-anak untuk menjadi sesuatu atau profesi.
Tapi lebih mengarahkan anak ke dunia kreatif untuk menjadi pencipta atau membuat sesuatu yang bermanfaat untuk manusia. Ada tiga komponen yang harus dimiliki anak-anak kita untuk mengahdapi tantangan di abad 21.
Baca juga : Awal Mula Kesuksesan Pendidikan Bermula dari Memilih Pasangan
Proyeksi Pendidikan Abad 21
Karakter
Karakter mempunya dua macam yaitu, karakter moral dan karakter kinerja. Karakter moral atau akhlak dilandasi oleh kuatnya pemahaman dan penerapan agama dalam diri seseorang.
Karakter moral ini yang menghasilkan sikap-sikap terpuji seperti ketakwaan, keimanan, kejujuran, rendah hati dan lainnya. Kinerja moral tidak akan lengkap jika tidak diikuti oleh karakter kinerja.
Pada pembentukan karakter kinerja ini, anak-anak dilatih untuk senantiasa bekerja keras, ulet dan presisten. Apa jadinya orang yang jujur tapi malas bekerja. Begitu juga sebaliknya orang yang kerja keras tapi tidak jujur.
Kompetensi
Dalam pendidikan abad 21, anak-anak diharapkan mempunyai empat kompetensi yaitu, berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif.
Berpikir kritis artinya mampu melihat segala ketimpangan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Setelah itu tidak hanya mengkritisi tapi mampu berkreasi untuk memberi solusi dari segala ketimpangan yang terjadi.
Mereka juga diharapkan mampu berkomunikasi dengan baik dengan berbagai jenis manusia dari berbagai kalangan. Mereka mampu menyampaikan maksud hati dengan baik.
Setelah mampu berkomunikasi dengan baik, bagian yang tidak dapat dipisahkan adalah kemampuan bekerja sama dengan orang lain.
Mampu merangkul orang lain untuk selanjutnya bersama-sama menciptakan sesuatu yang lebih baik untuk bangsa ini.
Literasi
Literasi adalah keterbukaan wawasan. Ada empat macam keterbukaan wawasan yaitu, literasi baca, literasi budaya, literasi teknologi dan literasi keuangan.
Kesemua keterbukaan wawasan sangat penting untuk dimilik oleh masyarakat masa depan. Contohnya saja pada literasi baca, tidak hanya sampai kemampuan calistung tapi lebih tinggi dari itu.
Minat baca masyarakat kita perlu ditingkatkan. Saat ini minat baca sudah ada tapi daya baca masih rendah. Minat baca itu hanya pada bacaan-bacaan di media sosial tapi untuk membaca buku masih rendah.
Literasi budaya, Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa dan budaya semakin meninggalkan kearifan lokalnya. Anak-anak muda sekarang tidak lagi merasa perlu untuk melestarikan budaya.
Budaya Indonesia yang rukun, guyub dan gotong royong semakin terkikis dengan gaya hidup yang individualis dan materialis.
Semakin berkembangnya gaya hidup yang tidak lagi memperhatikan kelestarian lingkungan salah satu contohnya yang menghasilkan problem sampah yang belum juga terselesaikan.
Literasi teknologi, teknologi di Indonesia semakin terpuruk dengan banjirnya produk-produk teknologi dari luar negeri. Anak-anak lihai menggunakan gawai bahkan dengan teknologi terbaru.
Aktif mengunggah foto selfie via android tapi apakah selamanya kita akan menjadi bangsa konsumen bukan bangsa pencipta?
Literasi keuangan, sebaiknya sejak dini anak-anak dikenalkan dengan persoalan keuangan ini. Tidak sekedar diberi tahu nilainya tapi juga persoalan bagaimana mendapatkannya.
Tidak sekedar diajarkan cara menghabiskannya tapi juga dilatih bagaimana cara menguinvestasikannya dengan cara berdagang atau menabung.
Masa depan milik anak-anak kita. Tugas kita, ayah dan bundanya yang membekali mereka dan membuat langkah mereka lebih mudah dalam menghadapi masa depan. Semoga bangsa ini bisa kembali berdiri dan menatap masa depan dengan lebih percaya diri. [MRR]