ADA yang menemani dan ditemani ditulis oleh Cahyadi Takariawan, seorang Konselor Keluarga dan Founder Wonderful Family Institue.
Menikah itu, artinya menemukan seseorang yang akan menemani di sepanjang perjalanan kehidupan.
Teman untuk berbincang. Teman untuk berkegiatan.
Teman untuk mencapai tujuan kehidupan. Teman untuk membangun harapan.
Teman untuk melarutkan kesedihan. Teman untuk mengoptimalkan kebahagiaan.
Teman untuk menguatkan ketaatan. Teman untuk menunaikan kewajiban.
Teman untuk bercanda tawa. Teman untuk menyalurkan cinta.
Teman untuk berkasih mesra. Teman untuk mereguk asmara.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Teman untuk mengokohkan ibadah. Teman untuk menyalurkan fitrah.
Teman untuk membawamu ke surga, bersamanya.
Salah satu komponen utama dari kesehatan mental juga adalah rasa kebersamaan (Bonnie M. K. Hagerty dan Kathleen Patusky, Developing a Measure of Sense of Belonging, Nursing Research 44, no. 1, 1995).
Banyak kasus bunuh diri bermula dari rasa kesepian dan merasa sendirian. Merasa tak ada teman di tengah keramaian.
Ternyata, kebersamaan adalah faktor sangat vital dalam membangun kesehatan mental.
Hal ini bersesuaian dengan ajaran Islam yang menghendaki adanya persaudaraan (ukhuwah), kepedulian, silaturahim, dan kebersamaan.
View this post on Instagram
Ada yang Menemani dan Ditemani
Islam mengarahkan umatnya agar saling peduli, saling mengasihi, saling menyayangi, hingga diibaratkan seperti satu tubuh.
Apalagi suami istri. Mereka harus lekat seperti pakaian (libas).
Menjaga kebersamaan adalah cara menjaga kesehatan mental dalam kehidupan pernikahan.
Dalam hidup berumah tangga, suami dan istri hendaknya selalu berusaha untuk bisa mendapatkan kebahagiaan bersama pasangan dan seluruh anggota keluarga lainnya.
Bukan bahagia untuk dirinya sendiri namun menyakiti pasangan.
Bukan pula hanya membahagiakan pasangan namun menyakiti diri sendiri.
Menikah dan berumah tangga itu untuk mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupan, bukan untuk menderita, bukan untuk mendapat kesengsaraan dan penindasan.
Baca juga: Setelah 5 Tahun Pernikahan
Jika suami dan istri mampu mendapatkan kondisi keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah, hidup mereka akan bahagia.
Selama apapun mereka hidup berumah tangga, tidak akan menimbulkan kelelahan, karena bahagia.
Seperti pengantin baru dimana sang suami tak pernah merasa lelah menggendong dan menggandeng istri, karena hatinya bahagia dan istri yang tak lelah melayani keperluan suami karena hatinya bahagia.
Jika tidak bahagia, jangankan menggendong istri yang gemuk, sekedar menggandeng tangannya saja merasa lelah.
Jangankan diminta setiap hari mengucapkan kata cinta, sedangkan mengucapkan kata cinta sebulan sekali saja merasa lelah.
Jangankan membuatkan teh untuk suami setiap pagi, sedangkan membuatkan teh panas sebulan sekali saja merasa lelah.
Ini semua karena hatinya tidak bahagia.
Jika hati bahagia, semua yang dilakukan untuk pasangan tidak ada yang melelahkan.[Sdz]