SETELAH 5 tahun pernikahan ditulis oleh Cahyadi Takariawan, Konselor Keluarga dan Founder Wonderful Family Institute.
Ketika pasangan suami istri melewati tahun kelima pernikahan, mereka tengah berada dalam masa peralihan dari fase romantic love menuju fase distress atau disapoinment.
Pada masa peralihan ini, yang harus mereka kuatkan adalah komitmen kebersamaan.
Caryl E. Rusbult (2011) menyatakan, komitmen dalam pernikahan adalah ukuran seberapa besar kecenderungan suami atau istri untuk menjaga dan melanjutkan hubungan dengan pasangannya, memandang masa depan bersama pasangan, dan seberapa kuat kelekatan psikologis satu sama lain.
Komitmen menjelaskan adanya kegigihan untuk terus bersatu menjaga keutuhan rumah tangga (Nock, 1995).
Komitmen dalam pernikahan membantu kita untuk mengerti mengapa ada orang yang bertahan dalam pernikahan walaupun kadang merasa disakiti, mengapa bertahan meskipun kondisi pasangan tak sesuai harapan, atau adanya kasus-kasus dalam pernikahan yang membuat orang lain bertanya “Mengapa mereka tidak berpisah saja?”
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
Temukan sebanyak mungkin motivasi dan alasan untuk semakin menguatkan komitmen bersama pasangan.
Dalam kesempatan lain Cahyadi juga menuliskan sebuah tulisan “Menikahlah dan Berbahagialah.”
Nicole Sheehey (2022) mengutip hasil sebuah studi dari Steve Nock, bahwa lelaki yang menikah lebih sehat dan bahagia dibandingkan lelaki yang belum menikah.
Melalui pernikahan, laki-laki diketahui hidup lebih lama dan menghasilkan lebih banyak uang.
Bahkan kondisi itu terjadi pada laki-laki yang memiliki perkawinan biasa-biasa saja.
Tidak harus memiliki pernikahan istimewa atau sempurna untuk mendapatkan kondisi sehat, bahagia, panjang umur, dan sejahtera.
Setelah 5 Tahun Pernikahan
Baca juga: 13 Sikap yang Merusak Cinta Suami Istri
Kaum laki-laki hendaknya memahami bahwa dampak pernikahan sangat menguntungkan bagi dirinya.
Sebuah survei dari General Social Survey (GSS) tahun 2022 mengungkapkan bahwa kombinasi pernikahan dan peran sebagai orang tua dikaitkan dengan manfaat kebahagiaan terbesar bagi perempuan (Wilcox & Wang, 2023).
Perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak, 40% melaporkan bahwa mereka “sangat bahagia,” dibandingkan dengan 25% perempuan yang sudah menikah dan tidak memiliki anak, dan hanya 22% perempuan yang belum menikah dan tidak memiliki anak.
Sangat jelas perbedaan faktor menikah dan tidak menikah, yang memberikan sumbangan terhadap hadirnya kebahagiaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sam Peltzman dari Universitas Chichago (2023) menunjukkan adanya kebahagiaan signifikan yang muncul dari pernikahan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa bagi laki-laki dan perempuan, pernikahan adalah “the most important differentiator” atau pembeda terpenting yang menentukan kebahagiaan mereka.[Sdz]