BIJAKSANA tak selalu karena kearifan dan kebaikan. Cacat pun bisa membuat raja seolah bijaksana.
Sang raja rimba dikenal begitu bijaksana. Postur tubuhnya ideal untuk sosok seekor singa yang berwibawa.
Meski penampilan yang ‘angker’ dan berwibawa, sang raja rimba selalu tampil ‘cool’, murah senyum, dan tak banyak bicara.
Suatu kali, serombongan serigala datang ke istana untuk mengajukan protes. Mereka protes karena stok makanan di wilayah mereka kian menipis.
Setelah bertemu raja, mereka tanpa sopan santun mengkritik raja habis-habisan. “Dasar raja yang dungu! Ayo pikirkan nasib kami,” suara keras mereka.
Namun begitu, suara keras dan pedas itu ditanggapi raja rimba dengan senyum. Sedikit pun wajahnya tidak mengekspresikan kesal. Ia manggut-manggut dan lagi-lagi senyum.
“Baiklah, akan kami tindak lanjuti,” ucapnya singkat.
Begitu pun ketika serombongan gajah memprotes tentang makin sempitnya lahan untuk mereka mencari makan. Hal ini karena begitu banyak pepohonan yang ditebangi.
“Hei raja! Coba buka matamu. Lihat, kami sudah tidak bisa sabar lagi!” ungkap kemarahan para gajah.
Apakah sang raja rimba marah menyimak itu semua? Sama sekali tidak. Ia tetap dengan wajah ‘cool’nya: senyum dan mengangguk-angguk pelan.
Masih banyak peristiwa protes yang langsung disampaikan ke raja dengan begitu keras. Tapi, raja tidak terpancing. Ia tetap tenang, senyum, dan lagi-lagi mengangguk pelan.
Ada sosok teman dekat raja yang begitu takjub. Ia ingin sekali tahu rahasia di balik ketenangan dan kesabaran raja menghadapi protes.
“Bro, kamu sangat hebat. Kamu bisa tetap tenang menghadapi protes keras mereka,” ucapnya dengan bahasa isyarat khusus yang hanya mereka berdua yang tahu.
“Protes keras? Siapa yang protes keras?” ucap raja rimba tampak begitu heran.
“Lha, memangnya kamu tidak mendengar suara keras mereka?” sergah sang teman raja.
“Sama sekali tidak. Telingaku tak bisa mendengar dengan baik. Aku hanya melihat mulut mereka berbicara. Aku kira mereka sedang membaca puisi untuk raja,” ungkap sang raja yang diiringi gelengan kepala temannya.
**
Kadang, tidak mendengarkan suara marah orang lain ada baiknya. Emosi kita menjadi tetap stabil dan tidak terpancing untuk juga ikut marah-marah.
Balaslah keburukan dengan kebaikan. Dan tetaplah menuntaskan amanah saudara-saudara kita.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fussilat: 34) [Mh]