PADA prinsipnya berkata-kata buruk (doa termasuk di dalamnya) adalah terlarang dan itu bukan akhlak seorang muslim.
Namun ada keadaan yang dikecualikan seperti orang atau kaum yang dizalimi, dianiaya, dan ditindas.
Orang yang sedang dizalimi lalu mendoakan keburukan untuk orang yang menzaliminya, itu diperbolehkan berdasarkan Al Quran, As Sunnah, dan perilaku salaf.
Dalam Al Quran, Allah Ta’ala berfirman:
لا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنْ الْقَوْلِ إِلاَّ مَنْ ظُلِمَ
”Allah tidak menyukai ucapan buruk yang diucapkan terang-terangan kecuali oleh orang yang dianiaya atau dizalimi.” (QS An-Nisaa’ ayat 148).
Juga, Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ هَذِهِ أُمَّتِي شَيْئاً فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ. وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهَا فَاشْفُقْ عَلَيْهِ. رواه مسلم.
“Ya Allah, siapa saja yang memimpin atau mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia.” (HR. Muslim no. 1828).
Perilaku salaf di antaranya doa Imam Hasan al Bashri Rahimahullah kepada penguasa zalim di masanya:
اللَّهُمَّ يَا قَاصِمَ الْجَبَابِرَةِ اقْصِمِ الْحَجَّاجَ ابن يوسوف…
“Ya Allah yang maha perkasa atas orang-orang zalim, hancurkan dan binasakanlah Hajjaj Bin Yusuf.” (Imam Ibnu Katsir, Al Bidayah wan Nihayah, 9/117).
Doa Buruk untuk Pelaku Kezaliman
Baca juga: Doa Mohon Perlindungan dari Orang Zalim
Oleh karenanya, Imam An Nawawi dalam Al Adzkar membuat bab berjudul:
بابُ جَواز دُعاء الإِنسان على مَنْ ظَلَمَ المسلمين أو ظلَمه وحدَه
Bab bolehnya doa seseorang (dengan doa keburukan) kepada orang yang menzalimi kaum muslimin atau menzalimi seorang diri.
Beliau Rahimahullah menjelaskan:
وَقَدْ تَظَاهَرَ عَلىَ جَوَازِهِ نُصُوْصُ الْكِتَابِ وَالسُنَةِ وَأَفْعَالُ سَلَفِ الْأُمَةِ وَخَلَفِهَا
“Telah jelas kebolehan hal tersebut, berdasarkan nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunnah. Juga berdasarkan perbuatan generasi umat Islam terdahulu (yaitu salaf) maupun generasi terkemudian (khalaf).” (Al Adzkar, 1/493).
Demikian. Wallahu A’lam.[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah