NIKMAT Allah itu besar dan banyak. Meski begitu, sulit terlihat oleh sebagian orang..
Seorang gadis solehah begitu gemar mengkoleksi botol bekas, kardus bekas, dan segala wadah bekas barang yang ia beli.
Sebegitu rajinnya mengkoleksi, jadilah hampir seluruh isi kamarnya berbagai tumpukan rapi botol, kardus, dan wadah bekas itu.
Sang ibu terheran sekali dengan hobi putrinya itu. “Ya Allah, kenapa kamu mengkoleksi benda-benda bekas wadah ini, Nak?” ucapnya seperti tak percaya.
“Bukankah ini hanya menjadikan kamarmu kurang menarik?” tambah sang ibu.
“Justru buat saya, ini yang paling menarik, Bu!” ungkapnya.
“Oh ya? Kok bisa?” tanya sang ibu lagi.
“Bu, tanpa botol, kardus, dan wadah-wadah bekas ini, saya tidak menyadari berapa banyak nikmat Allah yang sudah saya terima. Itu cuma dari yang kecil-kecil ini saja. Bagaimana dengan nikmat usia, sehat, dan nikmat menjadi putri ibu yang baik ini,” ungkap sang gadis sambil memeluk ibunya.
“Masya Allah…!” ucap ibunya begitu haru.
**
Kadang, kalkulasi picik kita tidak mampu membandingkan antara doa yang belum dikabulkan dengan nikmat yang terus mengalir.
Kita hanya fokus dengan nikmat yang belum terkabul melalui doa. Sementara nikmat-nikmat Allah yang tak terhingga itu berlalu begitu saja tanpa rasa syukur kita.
Pernahkah kita menghitung, berapa juta liter oksigen yang sudah kita hirup, berapa juta gallon air yang sudah kita minum, yang kita makan, anggota tubuh yang kita manfaatkan, dan nilai jantung yang terus berdetak tanpa kita sadari.
Cobalah berlatih untuk selalu melihat nikmat apa yang sudah kita terima, bukan melulu tentang obsesi kita yang belum terpenuhi.
Allah berfirman, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18) [Mh]