BADUT tersenyum sepanjang hari. Tapi, itu hanya di panggung.
Anak-anak TK begitu asyik menikmati hiburan oleh badut. Sesekali mereka tampak serius, sesekali kemudian tertawa.
Badut tidak bicara. Wajahnya menampakkan senyum gembira. Tingkah polahnyalah yang menularkan tawa ke para penonton.
“Lucu ya, badutnya!” ucap seorang siswa. Ia begitu tertarik dengan tingkah badut yang membuatnya tertawa.
Bisa dibilang, tak seorang pun siswa TK yang tidak tertawa. Mereka larut dalam gelak tawa sepanjang pertunjukan itu.
Ada seorang siswa yang tidak tertawa sama sekali. Ia bahkan agak cemberut.
“Kenapa nggak tertawa? Sakit?” ucap seorang guru yang kebetulan di dekatnya.
Siswa itu hanya menggeleng. “Tidak, Bu Guru,” ucapnya pelan.
Selepas pertunjukan, Bu Guru mendekati lagi siswa itu. “Badutnya tidak lucu sama sekali, ya?” tanya Bu Guru.
“Buat yang lain memang lucu. Tapi buat saya tidak,” jawab si siswa polos.
“Oh ya, kenapa?” respon Bu Guru sambil berada di posisi lebih dekat lagi dengan siswa.
“Badut itu tetangga aku. Anaknya sedang sakit parah. Ia sebenarnya sedang sedih. Hanya topengnya saja yang tertawa,” ungkap si siswa yang mengejutkan Bu Guru.
**
Hidup ini kadang seperti panggung pertunjukan yang pemainnya bertopeng. Ada topeng gembira seperti badut, topeng sedih, topeng marah, topeng wajah baik, dan lainnya.
Sayangnya, kita sulit membedakan apakah mereka sedang bertopeng atau tidak. Kita mengira mereka sedang bertopeng, padahal tidak. Dan sebaliknya, kita mengira mereka asli, padahal sedang bertopeng.
Cobalah untuk tidak mudah tertipu dengan dunia panggung, agar kita bisa memastikan bahwa mereka terlihat dengan wajah aslinya. Bukan topeng. [Mh]