HATI-HATI mengatakan: “Masyarakat telah rusak”. Ustaz Farid Nu’man Hasan menjelaskan mengenai hal ini sebagai berikut.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الرَّجُلُ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
“Apabila ada seseorang yang berkata, ‘Celakalah manusia’, maka ahlakuhum (ia sendiri yang lebih celaka dari mereka).”
Abu Ishaq berkata:
لَا أَدْرِي أَهْلَكَهُمْ بِالنَّصْبِ أَوْ أَهْلَكُهُمْ بِالرَّفْعِ
Aku tidak tahu apakah ahlakahum (dengan nashab) atau ahlakuhum (dengan rafa’)
(HR. Muslim no. 2623)
Hadits ini mengajarkan kita untuk tidak mudah menuduh manusia dengan kerusakan. Oleh karena itu, Imam Muslim memasukan hadits dalam Bab:
باب النهي عَنْ قول هلك الناس
baca juga: Masjid Kristal Khadija Dapat Mengatasi Masalah Hukum Masyarakat
Bab Larangan Dari Ucapan: Manusia Telah Hancur Binasa
Justru Rasulullah ﷺ menyebut orang yang begitu dengan: ahlakuhum yang artinya dia sendiri lebih rusak (hancur binasa) dibanding mereka.
Jika dibaca ahlakahum maka dialah yang membikin rusak atau membinasakan mereka.
Namun menurut Imam An Nawawi cara baca ahlakuhum yang lebih masyhur. (Syarh Shahih Muslim, juz. 16, hlm. 134)
Larangan ucapan tersebut karena mengandung makna merasa diri lebih hebat dan lebih baik dari orang lain. Larangan ini sejalan dengan ayat:
فَلَا تُزَكُّوٓاْ أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ
Maka janganlah kamu, menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.
[QS. An-Najm: 32]
Hati-hati Mengatakan Masyarakat telah Rusak
Imam An Nawawi menjelaskan:
وَاتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّ هَذَا الذَّمَّ إِنَّمَا هُوَ فِيمَنْ قَالَهُ عَلَى سَبِيلِ الْإِزْرَاءِ عَلَى النَّاسِ ، وَاحْتِقَارِهِمْ ، وَتَفْضِيلِ نَفْسِهِ عَلَيْهِمْ ، وَتَقْبِيحِ أَحْوَالِهِمْ ، لِأَنَّهُ لَا يَعْلَمُ سِرَّ اللَّهِ فِي خَلْقِهِ
Para ulama sepakat bahwa makna hadits ini adalah celaan, yaitu celaan untuk orang yang meremehkan manusia, merendahkan, melebihkan dirinya di atas orang lain, menyebut buruk keadaan mereka, karena dia tidak tahu rahasia Allah yg ada pada hamba-Nya.
(Syarh Shahih Muslim, juz. 16, hlm. 134)
Imam Syamsul ‘Azhim Abadi menjelaskan:
وَمَعْنَاهُ أَنَّ الْغَالِينَ الَّذِينَ يُؤَيِّسُونَ النَّاسَ مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ يَقُولُونَ هَلَكَ النَّاسُ أَيِ اسْتَوْجَبُوا النَّارَ بِسُوءِ أَعْمَالِهِمْ ، فَإِذَا قَالَ الرَّجُلُ ذَلِكَ فَهُوَ الَّذِي أَوْجَبَهُ لَهُمْ لا الله تعالى
Maknanya adalah orang-orang yang berlebihan yaitu orang-orang yang membuat putus asa manusia dari rahmat Allah dengan mengatakan “manusia telah rusak” artinya mereka layak masuk neraka karena buruknya amal mereka, maka jika ada orang yang berkata seperti ini dialah yang memasukkan orang-orang ke neraka bukan Allah Ta’ala.
(Aunul Ma’bud, juz. 13, hlm. 266)
Ini harus kita perhatikan baik-baik karena salah satu slogan dakwah kita adalah Nahnu Du’at Laa Qudhat (Kita adalah da’i, bukan tukang vonis).
Wa Shalallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Shahbihi wa Sallam.[ind]