HATI itu raja. Segala kemauannya harus dituruti. Meskipun dengan pengorbanan yang tidak mengenakkan.
Pernahkah membayangkan kalau semua bagian jasad harus tunduk pada hati? Apa saja yang hati mau, semua harus ikut.
Kalau hati ingin makan penganan yang pedas, lidah harus ikut. Meskipun lidah tersiksa dengan panasnya rasa pedas, ia tak boleh menolak.
Begitu pun ketika penganan pedas tiba di lambung. Lambung tak boleh menolak. Ia harus terima apa adanya: mengolah makanan pedas meskipun risikonya bisa membuat sang lambung sakit.
Ketika hati ingin bergadang, mata harus tunduk. Ia tak boleh memejamkan diri begitu saja. Tidak enak, memang. Tapi, meski tidak nyaman, mata harus terbuka kalau hati belum ingin tidur.
Pengorbanan juga kerap dirasakan kaki ketika hati ingin berjalan jauh. Jalan yang turun dan menanjak harus ia lalui. Bahkan ia harus siap luka atau terkilir.
Begitu pun ketika hati ingin dipuji di depan orang banyak. Semua bagian jasad harus selalu prima tanpa cacat, tanpa cela. Wajah harus tampil seindah bulan. Lisan mesti bergerak selentur mungkin. Dan mata tak boleh redup.
Bahkan ketika hati ingin mati, tak boleh ada bagian tubuh yang keberatan. Harus dituruti, meski akan menyudahi semuanya.
**
Kesolehan itu berpusat di hati. Jika hatinya takwa, seluruh jasad akan ikut sesoleh dan setakwa hati.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “…Takwa itu ada di sini,” Seraya Nabi menepuk dadanya tiga kali.
Juga kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah tidak memandang pada rupa dan harta kalian, melainkan pada hati dan amal kalian.
Karena itu, jangan terlalu sibuk memoles dan mempercantik jasmani kita. Percantiklah hati kita agar ia selalu soleh dan takwa. Hal ini karena hati adalah raja. [Mh]