APAKAH insting hewan lebih kuat dari akal manusia?
Pada sebelumnya telah dijelaskan bahwa kedudukan kita, hanya sebagai wakil Allah yang menjalankan pengelolaan alam berdasarkan aturan-Nya.
Tapi kenapa insting hewan seolah lebih hebat dari akal manusia?
Ya, insting hewan lebih hebat dari akal manusia (seolah-olah), yakni saat mereka sedang memburu mangsanya.
Kita ambil ilustrasi berikut. Sekawanan rubah ketika mengejar rusa, terlihat beberapa tindakan yang menarik.
Pertama, mereka menjaga konsistensi formasi gerak.
Formasi itu solid dan teamwork-nya tidak pernah kelihatan kendor.
Kedua, mereka amat fokus pada tujuan. Tidak terjadi disintegrasi dalam barisan (jamaah) sebelum tujuan tercapai.
Ketiga, mereka piawai menarget dan memilih hanya satu sasaran.
Mereka tidak terpecah konsentrasinya dengan target lain.
Akhirnya, mereka fokus bagaimana cara memisahkan buruannya, agar terpencar dari kawanannya hingga mudah ditarget.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Keempat, masing-masing punya peran dalam melumpuhkan lawan.
Ada yang berperan mencakar kaki belakang, kanan kiri. Ada yang berperan mengepung dan mengejar hingga buruannya lelah (kecepatan larinya tidak prima lagi).
Konon, kecepatan prima lari rusa hanya dalam 1,5 kilometer pertama. Lebih jauh dari itu, rusa akan mengalami penurunan kecepatan lari.
Kelima, setelah kecepatan berlari buruan melemah dan mulai setara, saat itulah tim eksekutor rubah bertindak. Mereka akan menerkam bagian vital terlebih dahulu, misalnya leher.
Ada yang menerkam kepala (mata), sehingga buruan limbung, sampai akhirnya ambruk.
Dan, terakhir adalah tim perobek perut korban.
Maka ketika korban jatuh tak berdaya, operasi pengejaran selesai.
Selanjutnya gerombolan rubah itu berpesta pora menikmati hasil buruannya secara bersama-sama.
Baca juga: Apakah Insting Hewan Lebih Kuat Dari Akal Manusia
Apakah Insting Hewan Lebih Kuat Dari Akal Manusia (2)
Kerja mereka sekilas seolah terlihat rapi, teratur, terstruktur, dan terukur, kan?
Padahal, sebenarnya the hunting operation only based on their instict.
Hasilnya seolah sesuai rencana. Terukur, tepat sasaran, dan nyaris tak pernah gagal.
Bandingkan tatkala manusia menetapkan target-target proyek infrastruktur maupun non infrastruktur yang katanya pake otak.
Anggarannya diambil amat rajin dan dikumpulkan rutin dari pajak rakyat.
Nilai tiap tahunnya sampai ribuan triliun rupiah.
Tapi begitu bikin proyek jembatan layang, ternyata fondasinya sudah retak-retak tidak sampai dua tahun.
Berapa banyak jalan-jalan beton yang mudah somplak-somplak sewaktu musim hujan.
Bikin istana kepresidenan dengan anggaran ribuan triliun, tapi apakah fokus tujuannya untuk kemaslahatan rakyat?
Lalu anggaran untuk gaji dan fasilitas para dewan terhormat di Senayan digenjot naik.
Tujuannya supaya fungsi pengawasan mereka terhadap praktik-praktik kebocoran kas negara yang terjadi setiap tahun bisa dikurangi.
Tapi apa yang terjadi?
Bukan semakin berkurang kebocoran itu, malah maling-maling yang menggarong uang negara kian merajalela.
Korupsi tambang timah, korupsi nikel, korupsi batubara, korupsi di sejumlah kementerian, di BUMN, dan lain-lain, seakan kian merajalela.
Lalu kenapa semakin dinaikkan gaji anggota dewan, kerja-kerja pengawasan mereka tetap saja mandul?
Standar waktu penyelesaian seringkali juga diabaikan.
Akibatnya pekerjaan yang semestinya dirampungkan mangkrak dan bertumpuk tak terselesaikan.
Kasus-kasus malpraktik hankamnas, hukum, politik, keuangan, bisnis para konglomerat kian liar dan makin menggunung.
Kita pun bertanya, kenapa negeri kita tercinta tidak semakin baik dan bisa dibanggakan ke dunia luar.
Pertanyaan berikut ialah, “Kepada siapa lagi manajemen tata kelola bernegara dan berbangsa ini kita serahkan. Atau semuanya masa bodoh, sampai negeri jatuh berkeping-keping?”
Dengan potret buram seperti itu, apakah kita akan membenarkan bahwa insting hewan lebih kuat dari akal manusia?
Maha benar Allah yang telah menetapkan firmanNya secara tepat dan benar.
“Sungguh benar-benar Kami akan penuhi isi (neraka) jahanam dengan mayoritas bangsa jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tapi hatinya tidak difungsikan untuk memahami kebesaran ayat-ayatNya. Mereka memiliki mata, tapi tak pernah digunakan untuk melihat tanda-tanda kebesaranNya. Mereka memiliki telinga, tapi tak dimanfaatkan untuk mendengar (nasihat-nasihat) kebenaran syariatNya. Mereka (kehidupannya) bagai binatang. Bahkan mereka lebih rendah dari itu!” (QS.7: 179).
Semoga Allah selalu pelihara kita dari julukan hina rendah ini.
Sumber: Madrasatuna
[Sdz]