ARAFAH dan Adha, menjadi jiwa muthma’innah atau seonggok bangkai.
Pada bagian sebelumnya telah dibahas bahwa haji bukan mengejar status. Tapi perjuangan keras mengejar ridha-Nya.
Yang untuk itu semua, kita ikhlas mengorbankan jiwa raga kita. Kita siap menjaga kehormatan, kesucian serta kemuliaan tanah harom.
Maka menjaga lisan dari kata-kata keji, kotor dan dusta, menjaga tangan, kaki, mata dari yang haram, termasuk perbuatan korup tentu saja, dan debat kusir serta berbantah-bantahan yang tidak semestinya, adalah spirit yang menafasi proses haji kita secara substansial.
Jadi bukan semata-mata haji prosedural.
Jika kita bisa pastikan, bahwa jiwa-jiwa kita steril dari polutan syahwati yang mengotorinya, hidangan langit itu akan terasa lezat teresap ke dalam jiwa.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Jiwa akan merasakan i’thmi’nan, tenang bersama Allah (halawatul iman). Apa saja di tanah harom, bukan hanya prosesi thowaf, sa’i, sholat malam, zikir, istighfar, bersalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang menjadi hidangan langit.
Bahkan bukit bebatuan cadas Makkah pun akan berubah jadi hidangan langit, tatkala kita merenungi, betapa beratnya perjuangan Baginda Nabi membawa risalah Islam di tanah tandus, keras dan gersang ini.
Rasakan dan resapilah dari jiwa yang tenang itu, aura kekuasaan-Nya.
Di setiap gerak dan langkah kita, di setiap aktivitas kita.
Tidak ada hari-hari yang kita lalui di tanah harom, kecuali minal Khoir ilaal khoir.
Kita terus berputar dalam siklus kebaikan. Kita jaga diri dan hati kita agar tetap berada pada orbit zikir kepada-Nya.
Baca juga: Arafah dan Adha: Menjadi Jiwa Muthmainnah atau Seonggok Bangkai (1)
Arafah dan Adha: Menjadi Jiwa Muthma’innah atau Seonggok Bangkai (2)
Puasilah dan kenyangkanlah jiwamu dengan hidangan langit yang ada di tanah harom.
Jika kau tetap terjaga dalam orbit rahmat-Nya, insyaAllah baru kau akan merasakan sensasi spiritual yang tiada duanya.
Kau akan tidak lagi peduli dengan segala atribut duniawimu yang fana itu. Pangkat, jabatan, popularitas, harta, keluarga, rumah dan mobil mewah itu fana, ia akan punah.
Yang akan tetap abadi adalah ba’iat setiamu kepada Allah. Dan inilah nilai kemanusiaanmu yang sangat mahal dan abadi di sisi Allah.
“Dan janganlah sekali-kali kau tukar perjanjian setiamu kepada Allah dengan harga yang murah. Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itu jauh lebih baik jika kamu mengetahui. Apa yang ada di sisi kamu akan lenyap. Dan apa yang ada di sisi Allah akan kekal selamanya!” (QS 16:95-96).
Sumber: Madrasatuna
[Sdz]