ChanelMuslim.com – Mendidik Anak Cerdas Bahasa di Usia 6 Tahun Pertamanya, Oleh: Sirat Rizhqi P. (Pengajar Al Quran)
Islam memiliki perhatian yang besar dalam pendidikan bahasa anak. Hal ini dapat dilihat dalam untaian sejarah yang indah, Rasullullah saw memberi contoh bagaimana berbahasa yang baik. Baik dalam pilihan kata, muatan kata dan penyampaiannya.
Contoh ini diberikan kepada para sahabat yang dewasa maupun sahabat yang masih kecil. Dalam hadist yang masyhur, Rasullah saw berbicara kepada Abdullah bin Abbas yang waktu itu masih Belia. “Ya Ghulam…Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu..” Diawali dengan menyebut panggilan yang santun, lalu diikuti dengan kalimat perintah yang mangkus.
Baca Juga: Begini Cara Mendidik Anak di Zaman Modern Menurut Astri Ivo
Mendidik Anak Cerdas Bahasa di Usia 6 Tahun Pertamanya
Rasullullah saw sendiri menghabiskan 6 tahun pertamanya di perkampungan Bani Sa’ad. Perkampungan ini masih terjaga Bahasa Arabnya (kemurniannya, kefasihannya). Hikmah yang besar kita dapati bahwa 6 tahun pertama adalah fondasi membentuk kecerdasan bahasa seseorang.
Para Ibunda tokoh teladan Islam juga memberi perhatian dalam berbahasa anak-anaknya. Sebagai contoh, Ibunda Imam Sufyan Ats-Tsauri, beliau memberi pesan kepada anaknya,
“Duhai anakku, jika Engkau menulis sepuluh huruf, maka lihatlah apakah kelembutan dan ketenangan di dalam dirimu bertambah. Jika tidak, maka ketahuilah bahwa huruf-huruf itu (ilmu) hanya akan membahayakanmu, dan tidak bermanfaat untukmu.”
Duhai menakjubkan pesan ini. Pesan ini bermaksud supaya anaknya menggabungkan ilmu, amal dan ikhlas. Orang tua hendaknya mengikuti jalan ini.
Enam tahun pertama adalah masa paling pesat dalam perkembangan akal dan bahasa seorang anak. Syaikh Abu Al Hamd Rabee menyampaikan pada masa pertumbuhan bahasa terdapat nilai yang besar pada pengungkapan tentang sendiri, kecocokan pribadi dan sosial dan pertumbuhan akal. Anak yang suka bicara adalah tanda pertumbuhan kemampuan bahasa dan perolehan bahasanya.
Fase enam tahun pertama (usia pra sekolah 3-6 tahun) adalah fase eksplorasi, anak berusaha mengenal lingkungannya juga mulai mempelajari dasar-dasar perilaku sosial. Untuk mendukung daya eksplorasi anak membutuhkan kemampuan berbahasa yang lebih. Anak butuh mengungkapkan pikirannya (temuan eksplorasinya), juga bernegosiasi, memprotes, bertanya, berpendapat dalam hubungan sosialnya.
Lalu, langkah apa yang harus dilakukan orang tua untuk mengoptimalkan kecerdasan bahasa anak di 6 tahun pertamanya?
1. Orang tua memberi contoh-contoh pengucapan kata yang baik. Penjelasan orang dewasa dan cara penyampaian kata akan mempengaruhi bahasa anak.
Perhatikan jawaban dari pertanyaan anak-anak. Sesuaikan jawaban dengan usia anak. Anak pada usia ini banyak bertanya “Apa” dan”Kenapa”. Latihlah anak bertanya dengan baik, kalimat yang tepat, waktu yang tepat untuk bertanya.
2. Bercerita dengan anak. Berkisah adalah salah satu metode pengajaran Islam yang paling direkomendasikan. Rasullullah sering berkisah ketika menerangkan suatu perkara untuk memudahkan pemahaman sahabat.
Orang tua hendaknya tidak membatasi diri bercerita harus dengan membacakan buku. Bercerita bisa dilakukan tanpa buku. Banyak orang tua yang terbatas finansial tidak bisa membeli buku kemudian terhalang menceritakan kisah. Bukankah pada masa lalu, anak dikisahkan dari lisan orang tuanya, dikisahkan dengan tulus disertai bahasa yang baik?
Satu kisah satu hari. Cukup mudah, bukan?
Menurut Dr. Sa’ad Riyadh pada masa pra sekolah, kisah yang cocok untuk diceritakan adalah kisah-kisah pendek seputar hubungan keluarga, kisah binatang, kisah dengan tokoh utama anak-anak. Kisah yang dianjurkan selain itu adalah kisah yang merangsang anak untuk banyak bergerak (stimulus perkembangan fisik), kisah yang merangsang kepekaan emosi misal cerita tentang sibling rivalry, kisah persahabatan. Dan yang terutama kisah yang merangsang spiritualitas anak, mengenal Allah, mengenal nabi, dsb.
Bercerita memiliki manfaat menguatkan akal anak. Bercerita membantu anak berkomunikasi yang baik dengan kosa kata yang luas. Lebih dari itu, bercerita dapat menghidupkan jiwa anak sebagaimana atsar dari Umar bin Khattab,
“Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu
agar jiwa-jiwa mereka hidup.
Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu.
Sebab sastra akan mengubah yang pengecut menjadi pemberani”.
3. Memperhatikan ketika anak-anak bercerita dengan tujuan melatihnya berbicara yang baik. Perhatian yang diberikan orang tua ketika anak bercerita akan meningkatkan rasa percaya dirinya dalam berbicara.
Orang tua hendaknya juga mencermati muatan kebenaran ceritanya dan keluasan kosa kata yang dipakai.
4. Menjauhkan anak dari ucapan kotor dan tercela. Memulai dari rumah adalah langkah efektif. Sebagai contoh, orang tua hendaknya menghindari mengucapkan kata-kata yang merendahkan ketika anak melakukan kesalahan. Bukankah anak adalah peniru ulung? Kontrol dari rumah akan membantu anak mengontrol ucapan di luar rumah.
5. Tidak memaksa membaca dan menulis sebelum anak siap melakukannya. Tahap pertama dari kemampuan berbahasa yang dikembangkan dengan baik adalah mendengar. Dengan terbiasa mendengar bahasa yang baik, anak akan memiliki ucapan yang baik. Orang tua hendaknya tidak terlalu mengkhawatirkan anaknya belum bisa membaca di usia ini. Tapi seharusnya orang tua lebih khawatir apabila anak belum terlatih mendengar dan berbicara dengan baik dan santun.
Namun demikian, membaca dan menulis adalah keterampilan bahasa yang sangat penting. Untuk menyiapkannya, dibutuhkan tahapan sehingga anak siap dan bersuka cita ketika belajar.
Penutup
Cerdas Bahasa adalah bekal dalam menuntut ilmu, menggali hikmah dalam kehidupan. Lebih dari itu, berbahasa adalah modal dalam beribadah dalam arti luas (berkarya). Tidaklah kita temukan ulama di masa keemasan Islam yang kuat hafalannya, yang besar kontribusinya melainkan mereka juga seorang pengajar dan penulis kitab.
Usia 6 tahun pertama anak adalah masa meletakkan fondasi berbahasa yang terbaik. Melewatkan masa ini adalah bentuk kelalaian.
Orang tua, bersemangatlah membekali anak-anak dengan bahasa yang baik. Semoga Allah senantiasa memberi kemudahan.
Wallahu’alam bi showab
(ind)