ChanelMuslim.com – Aida seorang muslimah yang enerjik dan periang. Selain bekerja di sebuah instansi pemerintah, ia juga mempunyai seabreg aktivitas berkaitan dengan dunia buku dan parenting. Suaminya, Rico, seorang jurnalis. Mereka menikah dalam usia muda. Kala anak muda lain sibuk dengan kuliah dan pacaran, mereka jumpalitan menyelesaikan kuliah dan membangun rumah tangganya. Saat itu, Aida masih 22 tahun dan Rico, 23 tahun. Saat ini mereka sudah dikaruniai dua orang anak.
Rumah tangga dua anak muda ini penuh hasrat. Mereka saling mendukung pasangannya untuk maju baik di karir mereka dan juga pemahaman mereka tentang Islam. Bagi mereka tidak ada kata berhenti, maju terus pantang mundur. Hingga Allah memberikan waktu kepada mereka untuk menepi sebentar.
Suatu hari, Aida merasakan kesakitan yang luar biasa di bagian perutnya. Ia juga mengalami pendarahan. Setelah melakukan rangkaian pemeriksaan, dokter memvonis Aida dengan kanker rahim stadium dua. Aida merasa dunianya runtuh. Yang bisa ia lakukan hanya menangis dan menangis kemudian bertanya, “Kenapa aku?”
Sesak juga menguasai Rico. Meski harus tampil tegar demi memberi semangat pada Aida, tak jarang ia menyembunyikan tangisnya. Tangis karena melihat istrinya kesakitan. Tangis karena melihat betapa kuatnya Aida berjuang. Tangis karena betapa takutnya ia akan kehilangan Aida. “Aku tidak sanggup, Allah,” hibanya terus menerus pada Allah.
Ketika mereka tengah berada di titik terbawah, Allah mendatangkan berbagai keajaiban. Kesempatan bertemu dengan orang-orang yang dicintai menjadi begitu menakjubkan. Saat-saat bersama orang-orang terdekat menjadi begitu indah. Mereka mulai merasakan nikmatnya mencintai dan dicintai. Hingga Aida menyadari bahwa kanker hanya sebuah alarm untuk sadar bahwa dunia ini hanya sementara, yang abadi adalah kehidupan setelah ini.
Dari sekian banyak terapi yang dilakukan Aida, terapi pelukan adalah yang paling senang ia lakukan. Memeluk anak-anak jadi lebih sering, memeluk teman dan saudara yg datang, serta memeluk Rico dengan lebih intens, lebih lama dan lebih menguatkan. Terapi pelukan itu membuat Aida merasa jatuh cinta berulang setiap kali dipeluk. Hormon otitoksinnya naik dan ia selalu bahagia.
Dan bukan hanya Aida yang merasa nyaman dengan pelukan, Rico juga jadi merasa kecanduan. Rico sering berkata, "Saat saya merasa penat dengan kerjaan, saya ingin cepat-cepat pulang untuk memeluk Aida. Rasanya nyaman sekali dipeluk dia."
Perjuangan Aida dengan kankernya yang sudah mencapai stadium tiga belumlah usai. Serangkaian terapi masih terus ia jalani. Namun Aida kembali menjadi Aida yang enerjik dan periang. Dia selalu mejalani moto hidupnya, selalu bahagia dan selalu bermanfaat untuk orang lain. Setelah hampir dua tahun berjuang dengan kanker, sesuatu keajaiban terjadi. Kali ini ia divonis dokter tengah mengandung calon bayinya. Dokter kebingungan dan berkata, “Ini tidak mungkin!”
Apalah artinya manusia yang hanya seorang abdi. Allah yang punya kehendak. Allah yang akan menuntun hamba-hamba-Nya yang berserah diri pada-Nya. Selamat Aida dan Rico! Semoga ini jalan kesembuhan yang Allah pilihkan untuk kalian berdua. (Maya Agustiana)