USTAZAH Shafwatun Nida menceritakan kisah si orang amanah yang ruhnya berkumpul dengan orang zhalim. Cerita yang penuh kontradiksi ini mungkin hanya terjadi pada masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Dalam kesempatan silaturahim Muslimah Shalihah Jakarta Pusat, Selasa (28/05/2024), Ustazah Shafwatun Nida menceritakan kisah yang dinukil dari Kitab Fathul Bari Syarah Hadits Bukhari berikut ini.
Alkisah, di Kota Mekkah, hiduplah seorang laki-laki yang dikenal sebagai orang yang amanah, sholeh, dan taat kepada Allah.
Siapapun yang ingin menitipkan harta, pasti mereka akan menitipkan harta tersebut kepada si fulan yang amanah ini.
Suatu hari, tersebutlah seorang saudagar yang ingin berangkat haji dan menitipkan harta simpanan sebesar 10 ribu dirham kepada si fulan yang amanah.
Setahun kemudian, saudagar itu kembali ke rumah fulan untuk meminta harta simpanannya. Namun, ia tidak dapat menemuinya, melainkan istrinya mengabarkan bahwa si fulan telah wafat.
“Suamiku telah meninggal dunia tanpa berpesan apapun,” kata sang istri.
Merasa terkejut, saudagar tersebut bertanya kepada seorang Syeikh perihal kondisi yang dialaminya.
Syeikh tersebut bertanya: “apakah dia orang sholeh?”
“Ya,” jawab saudagar tersebut.
“Kalau begitu, nanti malam datanglah ke sumur zamzam. Panggil namanya si fulan, karena di situ tempat berkumpul ruh orang sholeh,” kata Syeikh.
Kemudian, datanglah saudagar tersebut ke sumur zamzam pada malam hari untuk memanggil ruh si fulan. Sekali dipanggil, tidak ada yang menyahut, sampai 3 kali ia memanggilnya pun tidak ada jawaban.
baca juga: Kisah Nenek Calon Haji Tertinggal Pesawat
Kisah Si Amanah yang Ruhnya Berkumpul dengan Orang Zhalim
Saudagar itu pun kembali kepada Syeikh dan menjelaskan yang dialaminya.
Apa kata Syeikh?
“Kau yakin dia orang baik?” tanya Syeikh.
“Ya,” ujar saudagar dengan yakinnya.
“Kalau begitu, dia ada di Kota Barhut, Yaman. Hanya saja, di situ berkumpul orang buruk,” tandas Syeikh.
Saudagar pun berangkat ke Yaman. Di sana, ada suatu sumur yang dipercaya sebagai tempat berkumpulnya orang zholim.
Lalu, pada sepertiga malam, saudagar tersebut memanggil nama si fulan, lalu ada yang menyahut: labbaik.
Saudagar bertanya kepada si fulan, “Ingatkah kepadaku? Aku menitipkan uang kepadamu sebanyak 10 ribu dirham. Sekarang di mana uangku?”
Si Fulan menjawab, “Gali tanah di rumahku, di situ ada uangmu.”
Saudagar bertanya lagi, “Engkau dikenal sebagai orang yang amanah. Lalu, mengapa kamu berada di sini?”
Si fulan menjelaskan, “Ada satu perbuatan yang Allah benci. Aku punya adik laki-laki, istri adikku bertengkar dengan Istriku. Sejak itulah aku memutuskan silaturahim dengan adikku sampai akhir umurku. Maka dipindahkanlah ruhku bersama orang zholim.”
Kemudian, si fulan menitipkan pesan kepada saudagar tersebut untuk memintakan maaf kepada adik fulan.
Saudagar menyampaikan pesan tersebut dan seketika dimaafkan, saat itu pula dipindahkan ruh fulan bersama orang-orang sholih.
Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini adalah jangan suka memutus silaturahim dan jika kamu mengerjakan perbuatan buruk, hapuslah dengan perbuatan baik.
“Dan yang terpenting adalah wafat dalam keadaan husnul khotimah,” jelas Ustazah Nida.
Ustazah Nida juga berpesan bahwa kisah ini berlaku hanya bagi orang terpilih dan tidak bisa dijadikan sebagai hujjah untuk mendatangi kuburan.
“Jangan datang ke kuburan, kemudian memanggil ruh orang, karena kisah ini hanya untuk orang terpilih agar kita dapat mengambil hikmah,” tutup Ustazah Nida.[ind]