AUTENTISITAS (keaslian) Al-Quran dijamin oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tak akan ada yang mampu mengurangi, menambah apalagi menggantinya.
Setiap ada upaya peniruan maka akan terbongkar kepalsuannya.
Maha benar Allah berfirman dalam Al-Hijr ayat 9.
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
٩
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.
Di antara bentuk penjagaan Allah terhadap Al-Quran adalah banyaknya penghafal Al-Quran yang terus hadir setiap generasi.
Para sahabat adalah para penghafal Al-Quran.
Demikian juga para tabi’in hingga generasi hari ini.
Disebutkan, saat ini penghafal Al-Quran golongan kanak-kanak dan remaja berusia antara 10-25 tahun tercatat sebanyak 2,4 juta jiwa, golongan dewasa berusia antara 26-55 tahun sebanyak 6,2 juta jiwa, dan usia di atas 56 tahun sekitar 3,7 juta jiwa penghafal Al-Quran.
Dari jumlah tersebut, wanita penghafal Al-Quran sekitar 3,8 juta orang.
Al-Quran dengan jumlah 30 juz, 114 surat, kurang lebih 6666 ayat dihafal oleh bebagai kalangan.
Dari orang dewasa hingga anak usia TK.
Dihafal oleh yang bermata normal hinga yang tuna netra.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Mudahnya menghafal Al-Quran menunjukkan kemukjizatannya sendiri.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ ١٧
Sungguh, Kami benar-benar telah memudahkan Al-Qur’an sebagai pelajaran. Maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Al-Qamar:17).
Adakah jutaan, ribuan, ratusan, puluhan atau satu orang yang hafal Taurat, Injil (Alkitab), Weda dan lainnya?
Mengapa tak ada yang hafal Alkitab?
Dalam sebuah forum debat terbuka, seorang muslimah bertanya kepada pendeta yang menjadi narasumber, adakah orang yang hafal Alkitab sebagaimana banyak muslim yang hafal Al-Quran?
Bukannya menyajikan fakta atau alasan rasional, jawaban pendeta tersebut justru terkesan merendahkan Al-Quran.
Ia menyebut Al-Quran mudah dihafal karena sangat tipis.
“Di dunia ini tak mungkin ada orang yang hafal Alkitab di luar kepala. Sejenius apa pun orang itu, tidak mungkin baginya hafal Alkitab di luar kepala, sebab AlKitab itu adalah buku yang sangat tebal, jadi sulit untuk dihafal. Berbeda dengan Al-Quran adalah buku yang sangat tipis, makanya mudah dihafal,” jawab pendeta bertitel doktor teologi itu.
Mendapati jawaban ini, Ustadz H. Insan LS Mokoginta (muallaf yang ahli kristologi) merebut mic dari muslimah tersebut dan melanjutkan pertanyaan.
“Maaf pak Pendeta, tadi bapak mengatakan bahwa Al-Quran adalah buku yang sangat tipis, makanya gampang dihafal di luar kepala. Tapi pak Pendeta, setipis-tipisnya Al-Quran itu ada sekitar 500 s/d 600 halaman, jadi cukup banyak juga loh! Tapi kenyataannya di dunia ini ada jutaan orang yang hafal Al-Quran di luar kepala. Bahkan anak kecil pun banyak juga yang hafal di luar kepala, walaupun artinya belum dipahami. Sekarang saya bertanya kepada pak Pendeta, Alkitab itu terdiri dari 66 kitab bukan? Jika pak Pendeta hafal satu surat saja di luar kepala (1/66 saja), semua yang hadir di sini jadi saksi, saya akan kembali masuk agama Kristen lagi!”
Mendengar pertanyaan dan tantangan ini, forum menjadi tegang.
Kalangan muslim khawatir pendeta tersebut benar-benar hafal karena konsekuensinya sangat berat, Insan harus masuk Kristen lagi.
Namun ketegangan juga tampak dari wajah pendeta dan pendukungnya.
Ada beberapa pendeta yang hadir pada saat itu, mereka semua terdiam dengan wajah menegang.
Ternyata tak ada yang hafal Alkitab walau satu surat.
Mengetahui para pendeta tak ada yang hafal, Insan menurunkan tantangannya.
Tak perlu satu surat, cukup satu lembar saja.
“Maaf pak Pendeta, usia Anda ada yang sekitar 40, 50 dan 60 tahun bukan? Jika ada di antara pak Pendeta yang hafal satu lembar saja bolak-balik ayat Alkitab tanpa keliru titik dan komanya, saat ini semua peserta menjadi saksinya, saya kembali masuk agama Kristen lagi! Silahkan pak!”
Baca juga: Perang Pemikiran, Upaya Memadamkan Cahaya Islam
Autentisitas Al-Quran Terjamin
Suasana menjadi lebih tegang. Umat Islam khawatir karena Insan mempertaruhkan keimanannya demi hafalan sekecil itu.
Namun Insan yakin tak ada yang bisa menghafalnya.
Dan ternyata benar.
Wajah-wajah pendeta dan kaum nasrani ini tampak lesu.
Tak ada satu pun yang berani menjawab tantangan Insan.
Bahkan ketika Insan menantang seluruh hadirin, tidak hanya pendeta yang berada di depan. Tak ada yang berkutik.
“Mengapa Al-Quran mudah dihafal? Karena ia kalamullah. Mukjizat. Mengapa tak ada yang hafal Alkitab? Karena ia bukan mukjizat,” demikian simpul Insan sembari menjelaskan bahwa cetakan tahun berapapun dan di negara manapun, Al-Quran pasti sama.
Ketika satu negara mengadakan musabaqah tilawati Quran dan didengar penduduk negara lain, niscaya bisa diikuti dan dinilai bacaan itu benar atau salah.
Kesimpulan Ustadz Insan itu membawa kegetiran tersendiri bagi orang-orang yang tak suka mendengarnya.
Sumber: Kultum 100 Judul – Ust. Lathief Abdallah
[Sdz]