SEBAGAI orangtua tentu Bunda dan Ayah tidak bisa menemani anak setiap waktu karena ada tanggung jawab atau pekerjaan lainnya yang harus segera dilakukan. Tak jarang Bunda dan Ayah kesulitan menjawab keluhan anak yang bosen dengan aktivitasnya, walaupun mainan miliknya juga sudah banyak.
Sementara itu Bunda dan Ayah enggan untuk memberikan gadget yang bukan merupakan solusi tepat mengatasi kebosanan anak.
Baca Juga: 5 Red Flag Anak Manja karena Kesalahan Pola Asuh
Menjawab Keluhan Anak yang Bosen dengan Aktivitasnya
Berikut ini jawaban yang dapat melatih dan meningkatkan kreatifitas anak yang mulai bosen dengan mainannya atau aktivitasnya, menurut Samanta Elsener:
“Bosen itu memang nggak asyik, nak, tapi ibu percaya kamu punya ide untuk bikin dirimu produktif.”
“Ada dalam kondisi bosen itu bagus lho buat otak kamu, nak. Coba kamu bisa menciptakan ide kreatif apa, ya, pas lagi bosen gini.”
“Ibu bisa lihat kamu bosen. Eh, tapi kamu kan punya kemampuan imajinasi. Coba kamu bikin karya seni. Gambarlah dengan imajinasimu.”
Kalimat-kalimat di atas memberikan validasi perasaan bosan anak dan mendorong anak untuk mencari solusinya secara mandiri.
Lalu Bunda bisa juga memberikan dorongan ke anak untuk mencari solusi praktis, mengalihkan rasa bosan dan melatih kesabaran anak dengan kalimat-kalimat berikut:
“Coba sekarang latihan jadi orang yang paling bosan sedunia selama 10 menit, nanti cerita lagi ke ibu apa yang terjadi?”
“Coba kamu cari ide kita mau ngapain selama 20 menit, pas ibu udah selesai mandi, kita bisa berkegiatan bareng.”
“Gimana kalau kamu berhitung, ‘1 bosen, 2 bosen, 3 bosen, sampai 100 bosen.’ Setelah itu beri tahu ibu, udah selesai belum bosennya.”
Pada prinsipnya, kalau orangtua selalu memberi solusi terhadap apa yang dikeluhkan anak khususnya terkait rasa bosen, anak jadi tidak belajar untuk berpikir kreatif dan menyelesaikan masalah.
Orangtua perlu mampu membedakan motif keluhan ‘bosen’ anak. Apakah karena benar merasa bosan atau sedang mencari perhatian dari orangtuanya saja.
[Ln]