SENGSARA sangat tidak diinginkan. Tapi, tak ada yang mampu mengira kalau sengsara juga bisa membawa nikmat.
Semua orang tidak ingin sengsara. Dan itulah sifat dasar manusia. Meskipun, tidak sedikit sengsara yang justru memberikan nikmat dan hikmah. Sejumlah fragmen berikut ini mungkin bisa mewakili itu.
Seorang pria yang sedang berada di bilangan kuningan Jaksel pada 2004 lalu merasa kesal. Saat dalam perjalanan menuju kantor itu ia terhalang oleh mobil pengangkut pasir. Sepeda motornya tak bisa melaju. Jalan terhalang oleh mobil pickup pasir.
Setelah lima menit tersendat, ia pun berhasil lewat. Sepeda motornya kini bisa melaju di Jalan Rasuna Said ke arah utara, persis di depan Kedubes Rusia. Tapi tiba-tiba, ia terhenti lagi. Kali ini bukan karena mobil pengangkut pasir. Tapi karena bom meledak persis di depan Kedubes Australia.
Ia kaget dan hampir saja terjatuh. Ia membayangkan jika lebih cepat lima menit saja, posisinya akan persis di lokasi bom meledak.
Ia pun teringat dengan mobil pengangkut pasir yang menghambatnya. Ya Allah, andai tak ada hambatan itu, mungkin ia sebagai salah satu korban tewas.
**
Seorang pria kecewa berat karena taksi yang ia tumpangi terjebak macet di jalan menuju bandara. Padahal, ia sudah menghitung kalau akan tepat waktu menumpang pesawat komersil menuju sebuah negara.
Kemacetan sekitar jam enaman pagi itu akhirnya menjadi kesan indahnya yang tak terlupakan. Pasalnya, pesawat yang akan ia tumpangi itu dikabarkan terjatuh di laut Jawa, beberapa menit setelah lepas landas.
Kalau saja ia tahu hikmah di balik macet yang dialaminya itu, ia tentu tak akan memarahi sopir taksi yang ia tumpangi.
**
Seorang muslimah kecewa setelah mengetahui teman dekatnya dilamar seorang pria. Kenapa pria itu tidak memilihnya? Saya kan lebih cantik, lebih solehah, dan lebih pintar.
Kekecewaan itu terjadi karena dua sahabat dekat itu sama-sama mengenal pria yang melamar salah satu dari mereka.
Waktu pun berlalu. Setelah beberapa pekan, temannya yang baru menikah itu tiba-tiba bercerai. Ada apa?
Rupanya, si pria yang menikahi temannya itu menyimpan sifat temperamental. Dan temannya itu menjadi korban KDRT di masa bulan madunya.
Ia pun berujar dalam hati, “Ya Allah, maafkan hamba-Mu yang sempat salah sangka pada-Mu!”
**
Sangat manusiawi jika manusia tidak suka dengan sengsara. Dan wajar pula jika siapa pun kita akan kecewa dan berusaha semaksimal mungkin untuk keluar dari rasa yang tidak nyaman itu.
Tapi, jangan rasa kecewa saat itu menggiring kita pada buruk sangka. Terutama pada takdir Allah subhanahu wata’ala. Karena kita tak pernah tahu ada kebaikan apa di balik itu.
Silahkan berikhtiar untuk mencari dan mengejar keadaan yang lebih baik. Tapi bersabarlah jika yang dikejar tak kunjung diraih. Karena rasa ‘yang manis’ kadang tersimpan di balik ‘kulit yang pahit’. [Mh]