SIHIR ada sejak lama. Jauh sebelum masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan di zaman Nabi Musa alaihissalam pun sihir sudah ada dan menjadi pasukan khusus kerajaan Firaun.
Belakangan, seorang penyihir bahkan ada yang menyusup ke umat Nabi Musa dan ikut hijrah bersama Nabi Musa. Dia bernama Samiri. Ketika Nabi Musa pergi, ia mempengaruhi umat Nabi Musa untuk menyembah patung anak sapi yang ia buat sendiri.
Begitu banyak umat Nabi Musa saat itu yang terpengaruh. Menurut Samiri, patung ini adalah Tuhannya Nabi Musa dan bisa berbicara.
Ketika kembali, Nabi Musa menghukum kaumnya yang sesat itu. Dan, mengusir Samiri. Sementara patung berhala itu dibakar, dihancurkan, dan dibuang ke laut.
Sihir Pasca Nabi Sulaiman
Setelah Nabi Sulaiman alaihissalam wafat, ada fitnah yang terjadi negeri Babilonia, Irak saat ini. Yaitu, fitnah sihir. Menariknya, sihir tersebut bisa memisahkan suami dan istri.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir, tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut.
“Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.’
“Maka, mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya…” (QS. Al-Baqarah: 102)
Ulama berbeda pendapat tentang tafsir Harut dan Marut. Ada yang mengatakan memang malaikat yang mengingatkan bahaya sihir, ada juga yang mengatakan dua orang soleh yang diumpamakan kesolehannya seperti malaikat.
Sihir dan Pemisah Suami Istri
Catatan menarik dari ayat tentang kabar sihir ini adalah ‘apa yang dapat memisahkan antara suami dengan istrinya’.
Jadi, kalau sihir untuk mencelakai orang lain itu hal biasa. Tapi, ada sihir khusus yang ditargetkan untuk memisahkan ikatan suami istri. Kenapa?
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjelaskan. Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu.
Iblis itu punya singgasana di atas air. Siapa dari pasukannya yang paling berhasil ‘merusak’ manusia, maka kedudukannya akan didekatkan dengan Iblis.
Maka, ada yang melapor kalau ia sudah menggoda sehingga manusia melakukan ini dan itu. Iblis mencela misi yang hanya segitu.
Akhirnya ada yang melapor bahwa ia tidak akan meninggalkan manusia kecuali setelah targetnya menceraikan istrinya. Maka, iblis memuji pasukannya itu. Dan mendekatkan kedudukannya.
Iblis mengatakan, “Sungguh hebat setan seperti kamu!”
Ulama Mewanti-wanti untuk Menahan Diri
Jadi, jika ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan secara rasional kenapa suami tiba-tiba tidak menyukai istrinya, atau sebaliknya, maka hampir bisa dipastikan hal itu sebagai bentuk sihir dari setan.
Karena itu, para ulama mewanti-wanti agar bisa menahan diri. Yaitu, dengan mengabaikan perasaan dan melihat sisi baik pasangan saja. Selain tentunya melazimkan membaca surat mu’awwidzatain atau Surah Al-Falaq dan An-Nas.
Jangan terburu-buru mengambil keputusan cerai. Mintalah nasihat dari orang alim dan bijak. Sekali lagi, usahakan untuk melihat sisi baik dari pasangan ketika ada bisikan untuk pisah.
Syaikh Al-Munaawi pernah menasihati, tujuan besar Iblis adalah memutus keturunan anak Adam melalui perceraian. Karena orang yang hidup sendiri bisa terjerumus pada perzinahan.
Syaikh Az-Zamakhsyari juga menasihati agar jangan bercerai hanya karena ada dorongan perasaan yang tidak suka.
Beliau mengatakan, “Kadang perasaan membisikkan sesuatu yang menurutnya baik, padahal bertentangan dengan nilai kebaikan yang diajarkan Islam.” [Mh]