PONDOK Pesantren (Ponpes) Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) yang berlokasi di Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dalam proses pembelajarannya menerapkan perpaduan tiga kurikulum. Yakni kurikulum Kementerian Agama, kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta kurikulum pesantren.
“Untuk Kurikulum pesantren menguatkan khas pesantren Nuu Waar. Ketika lulus santri diberikan tiga ijazah,” kata Mudir Ponpes Nuu Waar, Ustaz Abdul Kholiq SQ, Jumat (2/2/2024).
Adapun dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), Ponpes Nuu Waar menggunakan metode halaqah, kelas maupun training.
Menurut Ustaz Kholiq, metode halaqah biasanya digunakan untuk pembelajaran Alquran dan Hadits. Metode kelas untuk pembelajaran materi umum. Sedangkan metode training untuk materi peningkatan dan penguatan keterampilan (skill).
Untuk training, jelas Ustaz Kholiq, ada yang ditujukan untuk santri, ada pula untuk guru, juga training untuk santri dan guru.
“Training guru terkait dengan guru dan Alquran. Training studi motivasi, untuk santri dan guru. Pemateri dari luar pondok, berlatar pendidikan yang bagus,” jelas Ustaz Kholiq.
baca juga: AFKN Luncurkan Kapal Dakwah Mardhatillah Nuu War
Mengenal Metode Pembelajaran Ponpes Nuu Waar
Ustaz Kholiq melanjutkan, training untuk para guru begitu penting karena kompetensi guru harus terus ditingkatkan.
“Yang lebih penting dari metode adalah guru yang 24 jam bersama santri, mengarahkan santri. Ruh guru harus tangguh. Guru pesantren harus sabar, kemampuannya harus mumpuni,” ungkap Ustaz Kholiq, alumnus Sarjana Quran Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta.
Selain itu, Ponpes Nuu Waar rutin menggelar training bahasa Arab, cara baca kitab, cara menerjemahkan Alquran, training cara mengajar, bela negara, kedisiplinan, leadership, hingga thibun nabawi.
Untuk diketahui, Ponpes Nuu Waar AFKN dikenal sebagai pesantren memiliki ribuan santri yang mayoritas adalah penduduk asli dari pelosok daerah di Indonesia Timur, seperti Papua, Maluku, NTT, NTB, maupun Sulawesi.
Ponpes yang didirikan oleh dai asal Papua, KH MZ Fadzlan R. Garamatan ini tidak memungut biaya pendidikan para santri, mulai dari SPP, pakaian, hingga makan dan minum, semua berasal dari bantuan umat.
“Ini adalah amanah dari umat yang harus dijalankan,” ujar Kiai Fadzlan dalam satu kesempatan.
Kiai Fadzlan berharap dukungan dari berbagai pihak untuk keberlanjutan pendidikan para generasi muda dari Indonesia Timur. Karena, seluruh santri yang di Pesantren Nuu War ini setelah lulus akan kembali ke kampung halamannya dan membangun daerah mereka masing-masing.[ind]