DI ANTARA kita, ada orang-orang yang merasa senang ditinggalkan dakwah, mengenai hal ini, dijelaskan oleh Dr. Ra’fat al-Misri dan diterjemahkan oleh Ustaz Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc.
Firman Allah:
فَرِحَ الْمُخَلَّفُوْنَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلٰفَ رَسُوْلِ اللّٰهِ وَكَرِهُوْۤا اَنْ يُّجَاهِدُوْا بِاَ مْوَا لِهِمْ وَاَ نْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَقَا لُوْا لَا تَنْفِرُوْا فِى الْحَـرِّ ۗ قُلْ نَا رُ جَهَـنَّمَ اَشَدُّ حَرًّا ۗ لَوْ كَا نُوْا يَفْقَهُوْنَ
“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang), merasa gembira dengan duduk-duduk diam sepeninggal Rasulullah.
Mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata, Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.
Katakanlah (Muhammad), Api neraka Jahanam lebih panas, jika mereka mengetahui.” (At-Taubah: 81)
Demi Allah, berita ini sangat mengherankan!
Orang-orang bodoh itu merasa gembira dengan sesuatu yang seharusnya membuat jiwa hancur berkeping-keping!
Mereka merasa gembira “dengan duduk-duduk diam mereka” (بمقعدهم ).
Makna ini sangat buruk karena mengandung arti pengecut, malas dan merasa berat. Lawan katanya “bangkit” yang menunjukkan keberanian, aktif dan inisiatif.
“Orang-orang yang ditinggalkan” ( المخلفون) yakni oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan orang-orang beriman.
Yang dimaksud adalah orang-orang munafik, orang-orang yang hatinya berpenyakit, orang-orang lemah iman yang hatinya dipenuhi oleh dunia, dan orang-orang yang tidak punya semangat untuk mendapatkan akhirat sehingga tidak beramal untuk akhirat, tidak berkorban demi akhirat, dan tidak menyadari bahwa mereka akan meninggalkan dunia dan menyongsong akhirat!
baca juga: Cara Menjadikan Dakwah Sebagai Jalan Hidup
Orang-orang yang Merasa Senang Ditinggalkan Dakwah
Penamaan mereka dengan “orang-orang yang ditinggalkan” serta penjelasan bahwa mereka merasa bergembira dengan duduk-duduk tinggal diam, merupakan penghinaan terhadap mereka dan kecaman terhadap pikiran dan semangat mereka yang rendah.
Setelah menghindar dari perang bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan merasa telah terbebas dari detik-detik keberangkatan kaum muslimin menuju medan perang, mereka merasa bergembira seperti kegembiraan orang yang menang perang.
Hati mereka yang sakit merasa senang dengan tidak ikut serta dalam jihad yang berbahaya menurut pandangan mereka!
Sekiranya pemahaman mereka lurus dan iman mereka kuat pasti mereka merasa sangat sedih dan hati mereka hancur karena merasa menyesal tidak mendapatkan pahala yang membuat mereka berhak mendapatkan surga dan selamat dari neraka!
تَوَلَّوا وَّأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنفِقُون
“… lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena sedih, disebabkan mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan (untuk ikut berperang).” (At-Taubah: 92)
Ungkapan dengan رسول الله di dalam firman-Nya: خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ untuk mengisyaratkan keburukan perbuatan mereka, kebodohan tindakan mereka, dan kekafiran mereka.
Sesungguhnya mereka ditinggalkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tetapi mereka merasa gembira ditinggalkan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Sungguh tindakan mereka itu sangat bodoh!
Sesungguhnya merasa sedih karena tidak bisa ikut berjihad merupakan sikap otentik orang-orang beriman.
Sedangkan merasa gembira karena tertinggal dari kereta jihad merupakan sikap otentik orang-orang munafik dan mirip-mirip munafik!
Orang-orang yang memandang jihad dan mati syahid sebagai kerugian adalah orang-orang sudah tidak punya agama dan dunia!
Karena itu, selamat bagi orang yang dimudahkan Allah punya saham atau andil dalam jihad. Selamat bagi orang yang menangis sedih karena tidak mendapatkan kesempatan berjihad!
Betapa besar kerugian orang yang tertinggal tidak mendapatkan kesempatan berkontribusi dalam jihad tetapi merasa gembira karena ketertinggalannya itu dan lebih mengutamakan berbagai kesenangan yang sirna dan syahwat yang rendah.[ind]