HIDUP ini seperti melalui proses perjalanan panjang. Ada rentang waktu. Ada harapan dan ada kenyataan. Antara rentang waktu dan harapan ada proses yang bergulir.
Allah subhanahu wata’ala menciptakan hidup ini tidak seperti kita menyalakan lampu atau mematikannya. Tapi ada proses yang membutuhkan waktu.
Seperti itulah datangnya siang di kala malam. Dan sebaliknya, datangnya malam di kala siang. Tidak datang serta merta.
Allah subhanahu wata’ala menyebutnya dengan tuulijul laila fin nahaari, wa tuulijul naaharo fil laili (QS 3: 27).
Tuuliju menunjukkan proses, persis seperti benang yang tercelup air sebagiannya. Lambat tapi pasti, air akan merambat ke benang-benang yang masih kering untuk kemudian menjadi basah. Dan, proses itu membutuhkan waktu.
Butuh waktu itulah yang biasa kita sebut dengan menunggu. Dan semua titik harapan yang kita inginkan, semuanya membutuhkan waktu. Ada yang sebentar, ada juga yang lama.
Misalnya, para penggemar kucing yang berharap kelak kucing besarnya akan cantik, pintar, dan penurut. Harapan kucing yang cantik, pintar, dan penurut itu harus dilalui dengan menunggu.
Contoh lain pada penggemar tanaman buah. Ia harus menebus harapannya mendapatkan tanaman yang bagus juga dengan menunggu.
Begitu pun dengan ayah ibu yang memiliki bayi. Keduanya juga harus menebus harapannya memperoleh anak yang soleh dan solehah juga dengan menunggu.
Sayangnya, umumnya orang menganggap bahwa menunggu itu suatu hal yang membosankan. Padahal, dalam menunggu itu ada aneka peristiwa yang disebut dengan proses. Dan menikmati proses adalah cara jitu untuk menjadikan menunggu begitu mengasyikkan.
Antara lain, ada pemandangan tentang kelucuan-kelucuan bayi saat proses perkembangannya. Ada kelucuan-kelucuan tingkah kucing kecil saat pertumbuhannya. Ada aktivitas perawatan saat mengurus tanaman kecil menjadi besar dan subur.
Dengan kata lain, harapan-harapan tadi harus diisi dengan proses yang mendukung. Misalnya, memberikan pupuk untuk tanaman, memberikan vitamin untuk anak kucing, dan mendidik balita dengan baik dan sabar.
Menunggu yang dianggap membosankan akan berubah menjadi kegiatan yang mengasyikkan. Ketika nantinya hasil sesuai dengan harapan, maka itu akan menjadi kegembiraan lain. Tapi ketika harapan tidak terwujud, keasyikan-keasyikan menikmati proses panjang tadi, sudah cukup menjadi kegembiraan.
Terlebih ketika proses dimaknai sebagai ikhtiar dan doa. Ikhtiar jika diniatkan karena Allah tentu akan meraih pahala dan keberkahan. Dan doa akan menjadi sisi lain yang memagari keikhlasan tetap kepada Allah subhanahu wata’ala.
Hidup ini adalah rangkaian dari begitu banyak menunggu. Isilah ruang-ruang itu dengan ikhtiar dan doa. Dan jangan cepat kecewa ketika kenyataan tidak seperti yang diharapkan. Karena wewenang kita hanya pada ikhtiar dan doanya, bukan pada hasilnya.
Dan jangan pula cepat kecewa dengan hasil yang tidak sesuai dengan harapan itu. Karena boleh jadi ada seribu satu hikmah di balik hasil yang Allah berikan.
Bersabarlah untuk menekuni proses panjang dari menunggu. Dan syukurilah ketika hikmah-hikmah kesabaran itu mulai Allah buka rahasianya. Bukan saja tentang hasilnya, tapi juga tentang ikhtiarnya. [Mh]