ChanelMuslim.com – NGGA HARUS SEMUA GITU KOK
Disesi diskusi acara parenting sekolah, seorang ibu di bangku terdepan bertanya.
“Saya sudah menempuh berbagai cara agar anak bisa betah hafalan Qur’an, lalu jadi hafidz atau ustadz. Dari cara halus sampai cara keras. Tapi tetap saja hasilnya tak sesuai harapan. Dia lebih tertarik belajar matematika, bongkar-bongkar, ikutan ekskul beladiri waaah sregep sekali dia ini. Semangat gitu itu mbok ya klo ngafalin Qur’an. Trus saya harus bagaimana lagi?”
===
“Ibu, kira-kira bagaimana jika selquruh orang tua berfikiran sama? Anak harus jadi hafidz, lalu mengajar jadi ustadz. Nanti siapa dong muslim amanah yang akan berjualan melayani kebutuhan ustadz? siapa programmer muslim yang akan membuatkan aplikasi untuk memudahkan menejemen data madrasah ustadz, agar tak kalah saing di era digital zaman naawww?
Saat ini, para orang tua berbondong-bondong memasukkan anak ke pesantren.
Mengupayakan agar anak mumpuni ilmu agamanya. Itu tidak keliru… benar kita harus membekali ilmu agama pada anak kita sebaik mungkin, namun jangan lupa, jauh lebih penting anak-anak memiliki kemampuan dan kesadaran menerapkan apa-apa yang mereka ilmui, dalam sepi maupun ramainya dunia.
Menjadi cendekiawan muslim ahli matematika yang sholih, mengamalkan ajaran Islam dalam setiap sendi kehidupannya, mengetahui mana yang baik dan buruk bagi dunia akhiratnya, menerapkan ilmu yang digelutinya tuk orientasi akhirat, akan jauh lebih baik dibanding mereka membawa hafalan ilmu dan Qur’an namun kosong dari ruh keimanan dan luput dari penerapan karena ditempuh dalam tekanan dan paksaan.
Mengembangkan bengkel otomotif yang maju, membuka lapangan pekerjaan bagi dhuafa, bersedekah dengannya, menambah syukur berbalut tawadhu’ atas setiap pencapaiannya.
Itu jauh lebih baik dibanding mereka dipanggil ‘ustadz’, ‘kyai’ namun sepi hatinya dari ketentraman karena semua tak didasari cinta hakiki.
Semoga Allah membimbing kita semua tuk dapat menjadi madrasah terbaik, menuntun anak-anak kita dengan bijak tuk menjadi sebaik-baik khalifah. Biidznillah.
-Grabag, 18 Feb 2018-
Penulis: Za Ummu Raihan (Penulis Buku Mencetak Hafidz Cilik) ditulis di akun Facebook nya pada 24 Februari 2018 pukul 19.27