BUNDA, ternyata ada kesalahan-kesalahan dalam memberikan pujian kepada anak yang berakibat buruk pada akhlak anak.
Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha, Randy Ariyanto, menjelaskan mengenai hal ini.
Jadi Bunda, memuji anak itu layaknya pedang bermata dua. Pujian bisa berdampak positif bagi anak atau sebaliknya pujian bisa malah berdampak negatif bagi anak.
Dalam memuji anak, maka pertama pujilah usaha dan sikapnya (misalnya tekun, berusaha keras, sabar, rajin) bukan memuji fisik (misal cantik, tampan, gagah) atau karakter bawaan (misal pintar, cerdas).
Kedua, ungkapkan konsekuensi positif terhadap apa yang telah anak lakukan serta yang ketiga, ingatkan karunia Allah dalam setiap pujian.
Contohnya seperti ini, “Masya Allah, adik rajin sekali ibadahnya, kalau rajin ibadah, Allah akan memberikan pahala yang lebih banyak dan surga yang lebih tinggi lho”.
Contoh yang lain misalnya: “Masha Allah, indah sekali gambarnya Kakak, pasti Kakak tekun ya menggambarnya, kok indah banget. Semakin Kakak tekun dan rajin menggambar, gambar Kakak akan semakin bagus dan indah karena Allah menyukai keindahan”.
Memuji perilaku, sikap dan usaha yang dilakukan anak akan memberikan keyakinan kepada anak bahwa ia mempunyai kendali atas perilakunya.
Jika ia ingin menggapai keinginannya maka ia berkeyakinan dengan usahanyalah keinginan itu akan ia capai. Jadi, Bunda perlu membedakan memuji “hasil” dan memuji “proses”.
Misalnya, memuji hasil “Kamu anak cerdas bisa menyelesaikan tantangan ini”. Anak yang dipuji akan melahirkan pola pikir permanen (fixed mindset) bahwa mereka merasa cerdas.
Mereka mengira, kecerdasannya itu karena bawaan dari lahir. Saat ia diberi soal, ia cenderung menyukai soal-soal yang mudah.
Saat diberi soal yang sulit, mereka cenderung menyerah, lalu kehilangan kepercayaan dirinya, tidak bergairah kemudian tertekan dan hilang kecerdasannya.
Saat kembali diberi soal yang mudah, mereka sudah tidak mampu lagi mengerjakan karena kepercayaan dirinya dan motivasinya sudah hilang saat mereka bertemu soal sulit sebelumnya sehingga pekerjaannya cenderung buruk.
Jika Bunda, memuji proses misalnya seperti ini “Kamu pasti telah berusaha lebih keras lagi untuk menyelesaikan tantangan ini, kan Nak”.
Anak yang dipuji akan melahirkan pola pikir tumbuh dan berkembang (growth mindset). Mereka merasa kemampuannya itu karena hasil kerja kerasnya.
Mereka berpikir bahwa belajar dan berusaha adalah faktor dari keberhasilan. Saat diberi soal mereka cenderung suka soal-soal yang menantang dan bergairah untuk menyelesaikan soal-soal itu.
Saat diberi soal yang sulit, mereka akan semakin semangat untuk menaklukan tantangan, kepercayaan dirinya meningkat.
Ia akan semakin bersemangat dan gairahnya muncul berkali-kali lipat. Ia akan melakukan itu dengan rasa senang. Ia termotivasi untuk menaklukan tantangan.
Saat kembali diberi soal yang mudah, mereka tetap konsisten mempertahankan gairah dan semangatnya. Dan pada akhirnya, pekerjaannya cenderung membaik.
baca juga: The Danish Way of Parenting
Kesalahan-kesalahan dalam Memberikan Pujian kepada Anak
Nah Bun, berikut ini kesalahan-kesalahan dalam memberi pujian kepada anak.
Pertama, memuji fisik anak misalnya cantik, ganteng, gagah.
Kenapa pujian terhadap fisik anak perlu dihindari sebab pujian tersebut akan menjadikan anak sombong. Anak akan merasa dirinya cantik atau gagah dan ganteng.
Kedua, memuji karakter bawaan misalnya pintar, cerdas, hebat. Kenapa pujian ini juga perlu dihindari sebab pujian tersebut selain tidak terukur juga diyakini anak sebagai kecerdasan bawaan.
Seolah-olah anak bisa karena ia memang pintar dan hebat bukan karena usaha dan ketekunan. Anak yang dipuji hebat dan pintar, saat mereka tidak berhasil maka anak akan mudah frustasi.
Ia akan merasa tidak pintar dan hebat. Ia merasa dibohongi. Ia menjadi inferior. Ia akan stres dan depresi saat tidak mampu mengerjakan sesuatu yang sulit.
Sebaliknya anak yang berkeyakinan bahwa keberhasilannya itu akibat dari usahanya maka ia akan tertantang dan bersemangat melakukan sesuatu yang sulit sekalipun.
Ketiga, pujian yang sertai kritikan, misalnya: “Hebat sekali anak Mamah, membersihkan tempat tidur hingga rapi tidak seperti kemarin berantakan bikin Mamah pusing dan ngomel-ngomel sama Kakak”.
Pujian dengan kritikan akan membuat anak tidak suka dan terpuruk. Kita sendiri juga tidak mau ditelanjangi masa lalu kita, bukan, begitu pula juga anak.
Bunda sebaiknya nih Bun, untuk anak usia di bawah 8 tahun, Bunda boleh memuji hasilnya sedangkan anak usia di atas 8 tahun maka pujilah prosesnya.
Kenapa anak usia di atas 8 tahun prosesnya yang harus dipuji agar mereka peduli pada proses pembelajaran, agar mereka fokus pada usaha bukan pada hasilnya.
Jadi Bun, memuji anak tentang kecerdasan (berorientasi pada hasil) berarti memberikan pola pikir permanen yang sangat rapuh.
Sebaliknya jika memuji proses, usaha, seperti ketekunan, usaha keras, kreativitas akan menjadikan anak lebih berhasil dalam kehidupannya.
Kabar baiknya Bun, orang yang berpikir berkembang (growth mindset) akan mampu beradaptasi jauh lebih baik, mampu bekerja sama dalam tim, mampu mengerjakan tugas-tugas baru dengan lebih baik, menyukai tantangan serta tingkat stres akibat pekerjaan rendah.[ind]