MUMBAI merupakan kota terkaya di India. Dan, satu-satunya kota di India yang masuk dalam 12 kota terkaya di dunia, selevel dengan Toronto dan Paris.
Namun begitu, bukan tentang kekayaan Mumbai yang menarik. Tapi, tentang kesenjangan hidup di kota berpenduduk 22 juta jiwa itu.
Angka 22 juta itu menunjukkan kepadatan penduduk yang luar biasa. Sebagai ilustrasi, Jakarta dengan luas yang hampir sama dengan Mumbai, 600-an kilometer per segi, penduduknya tidak sampai separuh Mumbai.
Di satu sisi, kota impian banyak orang di India ini memang memiliki aset kekayaan sebesar 960 milyar dolar Amerika, atau sekitar 30 kali kas negara Republik Indonesia tahun 2022 yang sebesar 478 trilyun rupiah.
Pusat-pusat perbelanjaan termegah di dunia juga ada di kota yang banyak ditinggali artis Bollywood ini. Tidak heran jika mobil-mobil mewah seperti Ferari banyak berkeliaran di kota padat ini.
Namun di sisi lain, di Mumbai pula tinggal 11 juta penduduk terkumuh di dunia. Sebuah ketimpangan ekonomi yang sangat luar biasa.
Ada sebuah daerah kumuh di Mumbai yang bernama Darafi. Di daerah yang dikelilingi gedung-gedung pencakar langit ini penduduknya tinggal sangat memprihatinkan. Kepadatan penduduknya sebesar 350 ribu per kilometer per segi.
Mereka tinggal di Mumbai untuk mengais sisa-sisa rezeki yang bisa dimanfaatkan dari gaya hidup orang kaya di sana. Sebagian besar mereka bekerja sebagai buruh, bahkan para pemulung sampah untuk diolah kembali menjadi uang.
Bayangkan dalam satu bangunan seluas 9 meter persegi, dihuni oleh 8 hingga 10 orang. Rumah-rumahnya sangat tidak layak. Tidak jelas antara kamar, ruang keluarga, dan lainnya. Bangunannya pun sebagian besar dari berbahan triplek dan seng.
Yang paling memprihatinkan di Darafi ini adalah tentang toiletnya. Karena pemerintah India seperti tidak menganggap keberadaan mereka, keberadaan sanitasi nyaris tidak ada.
Penduduk pun sulit membangun toilet. Semua toilet tidak ada yang pribadi. Melainkan dipakai bersama-sama. Dan mirisnya, satu toilet digunakan untuk 1.500 penduduk.
Di Mumbai, tinggal seluruh orang terkaya di India. Jumlah mereka hanya sebesar 166 orang saja. Namun, hampir separuh kekayaan India dimiliki oleh segelintir orang kaya itu.
Pemandangan Mumbai ini bisa dibilang sebagai sebuah ironi. Ironi tentang sebuah ketimpangan. Ironi tentang sebuah ketidakpedulian.
**
Allah Yang Menciptakan tentu sangat Mengetahui tentang ciptaan-Nya. Karena itu, jangan pernah lari dari syariah dan aturan-Nya.
Di mana letak bahagianya jika sesama penghuni satu lingkungan saling membangun ‘dinding’ satu sama lain. Seolah-olah hanya ada yang kaya, dan yang miskin bukan apa-apa.
Pada harta kita, dalam aturan syariah yang mulia, terdapat hak tetangga kita yang tak mampu. Dahulukan hak mereka, insya Allah, Allah akan memuliakan kita di hadapan mereka. [Mh]