SA’ID bin Al-Musayyib memberikan keteladanan tentang prinsip menilai secara proporsional (‘al-jarh wa at-ta’dil):
ليس من شريف ولا عا لم ولا ذي فضل الا وفيه عيب ولكن من الناس من لا ينبغي ان تذكر عيوبه ، فمن كان فضله كثر من نقصه : وهب نقصه لفضله
“Tidak ada orang mulia, orang berilmu, dan orang berjasa kecuali dia mempunyai ‘aib (kekurangan), akan tetapi di antara orang itu ada yang tidak layak disebut keburukannya, karena barangsiapa yang keutamaannya lebih besar dari keburukannya, maka itu akan terhapus oleh kebaikannya.”
والزم اخاك فان كل اخ ترى
فله مساوىء مرة ومحاسن
“Tetaplah bersama saudaramu, karena setiap saudara yang kau lihat pasti memiliki keburukan dan kebaikan.”
Baca Juga: Jangan Sepelekan yang Kecil
Menilai Secara Proporsional
ان الكرام اذا صحبتهم ستروا القبيح واظهرا الحسنا
“Sesungguhnya apabila Anda bergaul dengan orang-orang terhormat, maka mereka akan menutupi keburukan dan menampakkan kebaikan anda.”
Barangsiapa yang menginginkan pemimpin seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab, maka hendaklah mereka menjadi seperti Khalid bin Walid atau seperti Sa’ad bin Abi Waqqash, radhiyallahu anhum ajma’in.
Bersikap adil wahai para da’i. Jadilah orang yang adil dan realistis, karena bisa jadi Anda menginginkan prestasi dari para pemimpin yang barangkali mereka sedang kesulitan sebagaimana yang pernah dihadapi oleh Abu Bakar dan Umar bin Khattab, akan tetapi Anda tidak memperjuangkan dakwah sebagaimana yang diperjuangkan oleh para prajurit Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Apabila kita tidak sependapat dengan seorang pemimpin dalam dakwah, maka kita tetap harus memperhatikan perjuangan, kisah hidup, dan latar belakang serta kontribusinya terhadap ilmu dan kebenaran.
Sifat dan jati diri seseorang baru akan terlihat pada kondisi sulit yang membutuhkan kefahaman dan keimanan.
Berbagai sikap seorang ‘tokoh’ pada kondisi semacam itu akan menunjukkan salah satu dari dua hal, kelayakan atau kelemahan diri.
Seseorang kadang berada dalam situasi yang tak seorangpun luput dari kesalahan, kekhilafan, dosa kecil, dan letupan emosi sesaat.
Kadang ia berada dalam situasi perselisihan tajam hingga merusak hubungan sesama da’i dan cobaan berat yang hanya mampu ditanggung oleh seseorang yang selalu menolehkan matanya pada surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Sesungguhnya amal kebaikan itu akan menghapus perbuatan buruk.
Wallahu a’lam bisshawwab
Disarikan dari buku Al-‘Awaiq Muhammad A Ar-Rasyid
Ditulis di akun Facebook Ustazah Wiwi Wirianingsih pada 2018. [Ln]