SENJATA sangat menentukan dalam sebuah peperangan. Pertanyaannya, apa senjata umat Islam melawan Israel?
Kalau secara nalar, rasanya nggak pantas umat Islam takut dan kalah dengan Israel. Ini bisa dilihat dari jumlah penduduk dan sumberdaya yang luar biasa dari umat Islam.
Berapa sih jumlah umat Yahudi di dunia saat ini? Diperkirakan umat Yahudi di dunia saat ini sekitar 15 juta orang. Yang tinggal di Israel sekitar 7,2 jutaan orang. Yang tinggal di Amerika 7,3 juta orang. Selebihnya terpencar di seluruh dunia.
Perhatikan angka di atas, negara yang umat Yahudinya paling banyak bukan di Israel. Tapi di Amerika Serikat. Itulah kenapa Amerika selalu menjadi beking Israel.
Dari jumlah itu, prosentase umat Yahudi di banding jumlah penduduk dunia yang 8 milyaran, jadi sekitar 0,2 persen. Sementara jumlah umat Islam dunia sekitar 27 persen.
Dengan kata lain, dari segi jumlah, umat Islam jumlahnya lebih dari seratus kali lipat umat Yahudi di seluruh dunia.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana dengan sumberdaya alam yang dimiliki? Jawabannya begitu sederhana, hampir seluruh fasilitas alam yang dipakai umat Yahudi, khususnya di Israel, disuplai dari negeri muslim.
Pertanyaan terakhir, kenapa umat Islam kalah dan takut dengan Israel dan umat Yahudi? Jawaban sederhananya, umat Islam bukan takut sama Israel, tapi takut sama Amerika.
Dengan kata lain, Israel dan Amerika tak bisa dipisahkan. Israel adalah bentuk mininya Amerika. Dan Amerika merupakan bentuk jumbonya Israel.
Jadi, kalau ada yang menyanggah, kenapa boikot produk-produk Amerika, bukan produk Israel? Jawabannya karena Israel dan Amerika tak bisa dipisahkan.
Meskipun, banyak warga Amerika yang tak setuju dengan kebijakan negaranya yang mendukung penuh Israel. Tapi, mereka nyaris tak berpengaruh sama sekali terhadap kebijakan Amerika.
‘Jihad’ Raja Faisal Arab Saudi
Sebuah perlawanan menarik pernah dilakukan oleh seorang raja Arab Saudi: Raja Faisal yang memerintah pada tahun 1964 hingga 1975.
Bisa dibilang, inilah satu-satunya raja Arab Saudi yang semangat jihad dan pembelaannya terhadap Palestina sangat luar biasa.
Setelah negara-negara Islam kalah perang dengan Amerika dan Inggris, mereka seperti dipaksa tunduk pada kemauan Israel.
Tapi buat Raja Faisal, hal itu menjadi pengecualian. Boleh saja dari segi militer negara-negara Islam kalah, tapi dari sumberdaya alam, jawabannya bisa seratus delapan puluh derajat alias menang telak.
Pada tahun 1973, raja yang kafasitas ilmu Islamnya luar biasa ini melakukan embargo minyak ke seluruh negara pendukung Israel. Termasuk Amerika dan negara-negara Eropa.
Apa dampaknya? Harga minyak di Amerika dan dunia naik hingga empat kali lipat. Akibatnya, Amerika mengalami resesi ekonomi parah.
Dan menariknya, bagi Raja Faisal, selisih kenaikan harga minyak yang luar biasa ini tidak ia gunakan untuk kepentingan Arab Saudi saja. Selisih harga itu ia kembali ke seluruh umat Islam, khususnya perjuangan untuk Palestina.
Namun setahun setelah ‘jihad’ ekonomi itu, Raja Faisal dibunuh oleh keponakannya sendiri. Ia ditembak dari jarak tak sampai satu meter oleh sang keponakan yang memiliki hubungan dekat dengan wanita asli Amerika.
Embargo, Sabotase, dan Boikot
Senjata tak selalu berhubungan dengan militer. Ekonomi pun bisa menjadi senjata ampuh dalam sebuah peperangan.
Di masa Rasulullah, jatuhnya benteng Yahudi saat itu, bukan dengan sebuah peperangan. Tapi dengan cara strategi ekonomi.
Dalam pengepungan yang lama, benteng Yahudi di Khaibar tak juga takluk. Satu panah yang dilepaskan ke benteng itu, akan dibalas dengan jumlah panah yang lebih banyak lagi.
Perbekalan pasukan muslim saat itu hampir habis. Sementara, Yahudi masih aman dan nyaman tinggal di balik benteng yang super kokoh itu.
Akhirnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerapkan strategi ekonomi. Semua pohon-pohon kurma milik Yahudi di sekitar benteng ditebang. Itu artinya, pasokan cuan Yahudi distop total.
Benar saja. Akibat dari strategi jitu ini, akhirnya Yahudi menyerah. Mereka mengaku kalah dan benteng pun akhirnya berhasil ditaklukkan pasukan Islam.
Embargo memang nyaris tak lagi bisa terulang seperti yang pernah dilakukan seorang mujahid Raja Faisal. Sabotase pun hampir tak bisa diperbuat kecuali sekelompok mujahidin di Yaman yang membajak kapal dagang Israel.
Yang bisa dilakukan hanya tersisa satu. Yaitu, senjata ekonomi yang paling lemah: boikot. Jangan beli, gunakan, manfaatkan semua produk-produk yang mendukung perjuangan Israel.
Kalau saja, senjata yang tersisa dari umat Islam ini tak juga digunakan, maka dengan cara apalagi kita ikut membantu perjuangan rakyat Palestina?
Seperti yang dilakukan seekor semut kala membawa setetes air untuk memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim alaihissalam.
Sang semut mengatakan, “Aku tahu kalau setetes air ini tak akan bisa memadamkan api itu. Tapi setidaknya, Allah menjadi saksi, kepada siapa aku berpihak.” [Mh]