DALAM pengantar buku Meraih Ketenangan Jiwa karya Linda A. Zaini ini, kamu akan dibuat terkejut dan mencurigai diri sendiri. Bagaimana bisa?
Daiyah Sirat Rizhqi mengulas buku setebal 140 halaman ini sebagai berikut.
Penulis secara langsung, tanpa basa-basi seolah mengajukan pertanyaan kepada pembaca. Bahagia atau tenang, mana yang kamu pilih?
Mana yang kamu yakini, mana yang paling penting untuk manusia? Kebahagiaan atau ketenangan? Jangan-jangan, seseorang bahagia tapi tidak merasakan ketenangan.
Lalu secara halus tanpa melalui definisi yang rumit, penulis mengutip perkataan ulama tentang sesuatu yang menggabungkan apa yang selayaknya dicita-citakan manusia dan kekuasaan Allah atas cita-cita itu.
“Sesungguhnya memiliki hati yang lapang dan tenang adalah cita-cita yang agung dan anugrah yang luar biasa dari Rabbul ‘alamin”. (Syaikh Abdurrahman bin Abdul Musin al-Badr)
baca juga: Resensi Buku Cara Berpikir Suprarasional
Mengistirahatkan Jiwa dengan Buku Meraih Ketenangan Jiwa
Sejak awal, penulis secara eksplisit menyampaikan tujuan buku ini ditulis.
Sebuah ajakan untuk berefleksi, melakukan kontemplasi pada hasrat manusia untuk bahagia yang sebenarnya tidak membawa diri ke mana pun.
Tanpa pemahaman, bahagia hanya sebuah bagian perjalanan sedangkan ketenangan adalah yang harus diperjuangan.
Jadi, dalam kondisi apapun, baik susah maupun senang, seseorang tidak kehilangan keyakinan kepada Allah.
Juga bahwa buku ini adalah kumpulan dari pelajaran dari ulama, orang-orang sholih dan pengalaman hidup penulis sendiri.
Lalu, setelah kamu selesai menelusuri halaman-halaman awal yang membenarkan persepsi tentang ketenangan dan kebahagiaan sejati, maka jiwa kamu akan diajak beristirahat dengan narasi-narasi tentang keindahan warisan Rasulullah, baik itu wahyu dan praktiknya dalam kehidupan orang sholih pada masa lalu maupun masa kini.
Buku ini terbagi menjadi empat bagian sebagai berikut.
Pertama, makna ketenangan dan pentingnya ketenangan dalam hidup.
Yang kedua, sumber-sumber ilahiah ketenangan jiwa.
ketiga, penghalang-penghalang ketenangan jiwa.
Keempat, tips-tips meraih ketenangan dari kisah dari pengalaman belajar penulis pada masa kini maupun kisah salafussaleh.
Yang menarik adalah pembagian bab-bab ini cair sehingga darimanapun kamu membacanya, kamu akan tetap menemukan benang merah dan hikmah.
Pembagian bab tidak kaku karena diisi dengan kumpulan tulisan dengan judul menarik dan narasi yang proporsional serta tidak membosankan.
Yang menarik lagi, sekalipun buku ini bersifat kontemplatif, namun kamu masih bisa merasakan dinamika dari tulisan.
Ada bagian saat kamu dibawa pada SOP ideal meraih ketenangan, namun ada bagian di mana harus ada penerimaan sisi manusiawi yaitu dengan diajak menerima proses, dan kepahitan, kegelisahan, dan takdir dalam rangka mencapai ketenangan.
Tentu disertai contoh yang penulis temui langsung.
Kadang buku ini seperti sahabat yang datang mengelus, menasihati, kadang seperti sahabat yang tegas menegur, contohnya dalam bab berjudul “Raih Ketenangan dengan Meninggalkan Perkara yang Mubah”.
Pada bab ini, penulis memberi kewaspadaan kepada pembaca tentang hal yang lazim berlaku dalam kehidupan tapi sering tidak disadari. Yaitu mencampuradukkan sumber kebahagiaan dan ketenangan.
Sebagai penutup, ini adalah buku yang berbicara langsung kepada hati dan akal.
Jika kamu mencari buku yang kontemplatif namun juga casual reading, buku ini adalah salah satu yang terbaik. Selamat mengistirahatkan jiwa melalui buku Meraih Ketenangan Jiwa.[ind]